Sambut Final Liga Champions, Menara Belem Jadi Jujukan Turis di Lisbon
Saksi Bisu Kejayaan Pelaut PortugisBerbeda dengan Kastil St George atau museum-museum lain di Lisbon yang mengutip bea masuk, kota praja Lisbon tidak memungut ongkos sepeser pun untuk masuk ke Menara Belem. Hanya, untuk dapat naik ke lantai tertinggi, pengunjung harus membayar tiket Eur 4 (sekitar Rp 46 ribu).
”Tapi, uang tiket itu bukan untuk mencari keuntungan atau mengganti biaya operasional. Bea masuk itu untuk mengurangi jumlah pengunjung yang ingin naik ke menara. Bila terlalu banyak orang yang naik, bisa mengurangi kekuatan menara,” ujar Jose.
Dari pusat kota lama Lisbon, pengunjung Menara Belem dapat menggunakan trem dengan tiket Eur 6 (Rp 69 ribu) yang berlaku selama 24 jam. Seperti semua museum lain di Lisbon, Belem baru dibuka pukul 09.00. Khusus Senin, Belem akan tutup untuk perawatan dan pembersihan. Namun, pengunjung tetap dapat melihat dari luar.
Setelah dari Menara Belem, saya sempat melihat Mosteiro dos Jeronimos yang memiliki struktur dan ornamen zaman Manuelito yang menakjubkan. Suguhan utama di biara ini sudah dipajang tak jauh dari pintu masuk: keranda Vasco da Gama, penjelajah dunia, gubernur India, tuan tanah kawasan perdikan Vidigueira. Di biara inilah Vasco da Gama menghabiskan malam untuk berdoa sambil berlutut sebelum perjalanan panjang menemukan gua di India yang membuka jalan Portugis menguasai dunia.
Tentu tidak ada mayat utuh di keranda itu karena jenazah Vasco da Gama sebenarnya dimakamkan di Gereja Saint Francis di Kochi, India. Namun, setelah dimakamkan di Kochi selama lebih dari 15 tahun, sisa jasad Vasco da Gama dibawa kembali ke Vidigueira dan dimakamkan dengan peti mati yang dipenuhi emas dan permata. Lebih dari 40 tahun kemudian, jasad Vasco da Gama kembali dibawa ke Biara Jeronimo agar dapat bersanding dengan dua raja Portugis yang dilayaninya, Manuel I dan John III.
Meski kontroversi tentang perjalanannya ke India penuh tragedi, kematian, keserakahan, dan kepedihan, Vasco da Gama tetap mendapat tempat tertinggi di hati rakyat Portugal. Belasan situs monumental yang dinamai Vasco da Gama menjadi bukti. Jalan-jalan dan lantai-lantai plaza di Lisbon yang terbuat dari keramik dan pecahan batu padas mayoritas bermotif ombak, hitam dan kuning, mirip keramik kediaman Vasco da Gama di Sines.
Turis yang hanya mengetahui keberhasilan Vasco da Gama pun lebih banyak mengerumuni peti batu cokelat muda, dengan patung Vasco da Gama terbaring di atasnya, daripada dua raja yang dilayaninya. Sebait puisi dari roman futuristis Lusiadyang menceritakan keberhasilan ekspedisi pertama Vasco da Gama terpahat di sekeliling peti.
Dulu Vasco da Gama berkelana keliling dunia mencari kemakmuran untuk rakyat Portugal. Kini, ratusan tahun setelah kematiannya, Vasco da Gama tetap mendatangkan kemakmuran untuk Portugal, melalui pariwisata. (Ibnu Yunianto/c10/c9/ari)