Sandi Menyoroti Defisit Neraca Perdagangan, Jokowi Jawab Begini
Menurut Jokowi, saat ini pihaknya tengah mendorong substitusi bahan impor harus diproduksi di Indonesia. Dia menyatakan, industri petrochemical harus dikembangkan di Indonesia, karena impor terbesar ada di situ. Dia menambahkan, kilang minyak dan gas juga akan dibangun untuk menekan impor. "Kuncinya bangun industri dalam negeri," tegasnya.
Sandi menjawab bahwa defisit neraca perdagangan harus diselesaikan dengan mengurangi impor. Sandi justru menilai kebijakan impor pemerintah saat ini justru tidak mengurangi persoalan defisit neraca perdagangan.
Bahkan, kata Sandi, seharusnya ketika membuka keran impor besar, maka harga-harga turun. Namun, ujar dia, yang terjadi harga barang menjadi mahal. Termasuk persoalan energi yang selalu dikeluhkan ibu-ibu di Indonesia. Sandi mengaku selalu bertanya kepada ibu-ibu, apakah harga listrik turun dan sembako murah. Jawabannya, kata Sandi, tarif listrik naik. Harga bahan pokok tidak terjangkau. "Ini tidak terselesaikan dengan kebijakan perdagangan," kata Sandi.
Dia menegaskan untuk mengatasi itu pihakny memiliki big push strategy atau strategi dorongan besar. "Swasembada pangan ini kami dorong proses produksinya, pupuk lancar, bibit dan setop impor saat panen," kata Sandi.
Menurut Sandi, sektor energi sebagai penyumbang terbesar dari defisit neraca perdagangan, akan dituntaskan dengan pemanfaatan biofuel. "Untuk energi, kami bangun biofuel, 10 juta lahan kita bsa dimanfaatkan," katanya.
Dia mengatakan, saat ini masih banyak keluhan warga soal mahalnya tarif listrik. "Ibu Nia di Tegal katanya bayar listrik biasanya Rp 300 ribu sampai Rp 400 ribu sekarang ini sudah sampai Rp 1 juta. Bersama Prabowo - Sandi, turunkan harga listrik, sembako murah tanpa ada kartu," katanya.
Jokowi menegaskan kalau pembangunan biofuel sudah dilakukan. Saat ini, sudah dibangun B20 yang akan dinaikkan menjadi B50 bahkan hingga B100. "Sehingga impor minyak menjadi berkurang," katanya.(boy/jpnn)