Santri, Ulama, dan Kepemimpinan Nasional
Oleh: Dr. H. Jazilul Fawaid, S.Q., M.A., Wakil Ketua MPR RI Periode 2019-2024jpnn.com - Di tengah berbagai problematika kebangsaan dan kenegaraan akhir-akhir ini, muncul dorongan dari masyarakat agar kaum santri dan ulama semakin meningkatkan kiprahnya di panggung kepemimpinan nasional.
Santri dan ulama diharapkan tidak tinggal diam terhadap berbagai permasalahan tersebut, tetapi bersikap proaktif memberikan sumbang saran, masukan, dan tenaga.
Dorongan ini adalah sebuah hal yang wajar mengingat begitu besarnya peran santri dan kaum ulama apabila dirujukkan pada sejarah perjuangan bangsa dalam merebut dan mempertahankan kemerdekaan.
Apa yang dipraktikkan pada masa lampau tersebut diharapkan dapat dikontekstualisasikan dalam menjawab tantangan kebangsaan hari ini.
Sisi Historis
Menelisik ke masa lampau, adalah K.H. Hasyim Asy’ari, pendiri Nahdatul Ulama (NU), yang menyerukan resolusi jihad untuk melawan penjajah Belanda yang hendak merebut kemerdekaan yang baru saja diproklamasikan.
Resolusi jihad yang diserukan tersebut mewajibkan seluruh umat Islam yang berada di radius 94 kilometer untuk mempertahankan kemerdekaan Indonesia di medan pertempuran, dengan atau tanpa mengangkat senjata.
Resolusi jihad ini menjadi tonggak sejarah kiprah para santri dan kaum ulama serta menjadi pemantik berkobarnya perjuangan yang lebih besar melawan penjajah oleh segenap bangsa Indonesia hingga meletus peristiwa 10 November 1945 yang sangat fenomenal.