Sarju Wibowo dan Rutan Wanita Pondok Bambu yang Dipimpinnya
Seperti Kos, Napi Bayar Kamar hingga ListrikKamis, 14 Januari 2010 – 05:47 WIB
Pungutan tak sampai di situ. Setiap bulan pria 50 tahun itu juga harus mengirim uang untuk kepada anaknya Rp 285 ribu. Uang itu untuk membayar banyak kebutuhan. Di antaranya, uang makan Rp 200 ribu. Sebenarnya, uang makan bagi napi diberikan secara gratis. Namun, bila cara itu yang dipilih, rutan akan memberikan nasi jatah seadanya. "Kalau ada uang saya bayar. Kalau nggak ada, ya nggak saya bayar," terangnya.
Selain itu, lanjut pria tersebut, anaknya minta uang yang katanya untuk iuran listrik dan air. Besarnya Rp 50 ribu. Sisanya Rp 35 ribu untuk sewa kamar. Bukan hanya itu. Ada juga uang sewa rompi Rp 5 ribu untuk sekali pakai. Rompi ini biasanya dipakai napi ketika menemui tamu.
"Namanya anak. Kalau nggak ada, ya dicari-carikan," ucapnya. Yang pasti, lanjutnya, masuk tahanan itu justru seperti orang kos. "Orang ditahan itu sudah susah, masuk tahanan makin dipersusah," ungkapnya.
Demikian juga untuk mengurus pembebasan bersyarat. Pria bertubuh subur itu mengaku harus mengeluarkan dana Rp 4,5 juta untuk mengurus berkas pembebasan putrinya. "Sebagian dana ya untuk rutan. Saya nggak tahu rinciannya," ucapnya.