Close Banner Apps JPNN.com
JPNN.com App
Aplikasi Berita Terbaru dan Terpopuler
Dapatkan di Play Store atau Apps Store
Download Apps JPNN.com

Satu-satunya Rumah yang Selamat

Selasa, 06 Oktober 2009 – 11:56 WIB
Satu-satunya Rumah yang Selamat - JPNN.COM
Salah seorang korban yang selamat, sedang menggendong bayinya yang baru berumur 45 hari di tenda pengungsian Kampung Paneh Larih Nan Panjang, Pariaman, Minggu (4/10). Warda Desa Gunung Tigo ini selamat dari longsor yang diakibatkan gempa, Rabu (30/9) lalu. FOTO : Yusuf Hidayat/Batam Pos
Suara gemuruh tanah longsor begitu keras. Sehingga teriakan warga sekitar yang memintah tolong pun tak terdengar. " Awak langsung ambiak Riki, sudah tuh balindung di luar rumah. (Saya langsung ambil Riki, dan berlindung di luar rumah )," kata Labai. Semuanya tak berlangsung lama. Ketika suara gemuruh menghilang, Labai pun keluar dari persembunyian. Ia takjub, senang karena keluarganya selamat semua. Namun ia sedih, sanak, saudara dan kerabatnya satu kampung hilang tak bersisa. Kamungnya yang asri itu, sudah berubah menjadi padang lumpur.

"Aku sedih karena kampung nan dicinta telah hilang. Hanya hamparan lumpur dan tanah yang nampak. Sedangkan rumah-rumah sudah tidak ada lagi," tandasnya. Semua tetangganya habis. "Mereka terkubur di sana," kata Labai sembari menunjukkan bukit lumpur yang terbentuk hanya beberapa saat sebelumnya.Sebuah Mushola yang biasa ia gunakan bersembahyang ikut terukubur lumpur. " Biasonyo, kalau ka sembahyang , hanya ado imam do awak, tu babarapo padusi. (Biasanya hanya ada imam, saya dan beberapa jemaah perempuan shalat di mushola itu," Kata Labai.

Kini Labai beserta enam anaknya hidup sendirian di dusun Sumanak. Karena itu, kendati rumah Labai masih utuh ia berencana tak akan menempati rumah yang telah menyelematkannya itu. Kini, Labai mengungsi di kerabatnya di kampung Paneh, beberapa kilometer dari kamupun Sumanak. "Aku tak mau hidup sendirian. Mungkin hari ini saya selamat, tetapi kalau ada bencana lagi apa kami masih akan diberi selamat. Kami akan pindah ke tempat yang lebih aman," kata Labai menuturkan.

Tentang rumahnya yang ajaib, karena bisa terhindar dari timbunan tanah dan lumpur Labai tak mau banyak berkomentar. Ia dengan bijak mengatakan, "Semua itu atas kehendakNya. Kami tak bisa merekayasa, karena itu terjadi dengan sendirinya. Sampai sekarang, saya masih terus berucap syukur, karena kelurga kami dilepaskan dari kemurkaan alam yang dahsyat."

Ketika alam murka, Tuhan berkehendak. Jika memang Tuhan belum menghendaki, apa pun yang terjadi pada alam, tidak akan memberikan celaka kepada manusia,

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

BERITA LAINNYA