Satu-satunya Rumah yang Selamat
Selasa, 06 Oktober 2009 – 11:56 WIB
Disinilah kampung yang hijau, nan elok itu berada. Disitu pula keluarga Labai Ayuih bersama enam anaknya hidup rukun dan damai. Ketika gempa mengguncang, labai bersama seluruh keluarganya sedang bercengekerama di dalam rumahnya yang semi permanen. Hanya anak salah seorang anaknya Riki yang sedang berada di luar rumah. Ia sedang buang air besar. "Tak biasanya Riki buang air besar sore-sore begini, " kata Labai mengisahkan.
Tak seberapa lama kemudian gempa mengguncang. Labai sadar kalau rumahnya sedang diguncang gempa. Ia pun berteriak, meminta seluruh anggota keluarganya keluar rumah. "Beberapa saat kemudian suara gemuruh datang dari atas. Kami tak tahu, apa yang sedang terjadi," ujarnya. Sepuluh menit kemudian, suara gemuruh itu semakin keras. "Dan alamak, tanah bercampur lumpur bergerak kencang menuju ke bawah. Semuanya serba cepat kejadiannya," Kata Labai.
Disela-sela keheranannya, tanah berlumpur ini mengalir ke bawah. Anehnya, tanah itu tidak mengubur rumah Labai, juga keluarganya. Melainkan, tanah itu mengarir di samping kiri dan kanan rumahnya yang sebenarnya hanya sederhana. Kemudian menyapu rumah-rumah warga di sekelilingnya. Sambil berupaya menyelematkan diri, Labai yang masih menggendong M Riki, tiga tahun, terus beristighfar.