Close Banner Apps JPNN.com
JPNN.com App
Aplikasi Berita Terbaru dan Terpopuler
Dapatkan di Play Store atau Apps Store
Download Apps JPNN.com

Saya Ikhlas Masuk Neraka

Selasa, 03 Agustus 2010 – 08:43 WIB
Saya Ikhlas Masuk Neraka - JPNN.COM
Ada kisah lucu soal ijazah itu. Suatu hari Dian Sumeler, istrinya, menemukan ijazah itu dan mengingatkan Ciputra, betapa itu benar-benar tak pernah dipakai untuk mencari kerja. Bukan ijazah itu hal yang paling penting . ”Hal terpenting yang saya dapat dari ITB adalah kreativitas,” katanya. Kreativitas di bidang arsitektur itulah yang melengkapi kemampuannya menjadi entrepreneur. Bukan ijazahnya.

Ciputra yakin, bangsa ini bisa diselamatkan dengan semangat entrepreunership. Ia kerap mengutip David McClelland, suatu yang ia yakini benar bahwa suatu bangsa akan makmur jika mempunyai entrepreneur sedikitnya 2 persen dari jumlah penduduk. Indonesia? Sekarang hanya ada 400 ribu pengusaha yang bisa dikelaskan sebagai entrepreneur, hanya 0,18 persen. Harusnya kita punya 4 juta lebih! Sangat kurang.

Seperti sering diakuinya, ia tak pernah merasa sukses. Ia yakin, jika ia sudah merasa berhasil, maka kreativitas akan mandek. Itulah mungkin penjelasan dari kalimatnya soal surga dan neraka yang saya kutip di atas.

Jika surga ibarat kursi nyaman, duduk menikmati hasil, dan neraka adalah tantangan yang harus dijawab dengan kerja, Ciputra memilih neraka. ”Asal jangan disiksa, dan banyak yang bisa saya kerjakan di sama,” kata kakek sembilan cucu itu.

Dengan surga, Tuhan ingin memanjakan kita. Dengan dunia, Tuhan tak ingin kita malas. DI Hotel Ciputra, Jakarta, pekan lalu, saya bertemu dengan Ciputra.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

BERITA LAINNYA
X Close