''Saya Lihat Mbah Marijan Pakai Batik''
Kamis, 28 Oktober 2010 – 06:26 WIB
Begitu keluar dari mobil, dengan agak tergopoh-gopoh, Agus menyuruh Murni berkemas-kemas untuk meninggalkan kampungnya. Sambil menunggu Murni berkemas, saya diajak Agus menemui Mbah Marijan. Saat itu, Mbah Marijan sedang berada di dapur. Di rumah hanya ada Mbah Marijan. Tampaknya, keluarga Mbah Marijan yang lain sudah turun bersama warga yang lain.
Saat itu, saya ingat betul, Mbah Marijan mengenakan baju batik hijau muda dan sarung (baju batik dan sarung itu kemudian dijadikan ciri khas untuk mengidentifikasi jasad Mbah Marijan). Dia juga mengenakan kopiah putih yang menutupi kepala dengan seluruh rambutnya yang beruban.
Saat kami temui di dapur, Mbah Marijan lantas mengajak kami bergeser ke ruang tamu. Ruang tamu itu berada di barat ruang tengah. Ruang tengah merupakan tempat Mbah Marijan dan istri sering berduaan untuk menyaksikan televisi. Saat itu, di ruang tengah tersebut, kami sempat ngobrol sebentar. Tak sampai lima menit. Suasananya begitu gayeng dan hangat. Mbah Marijan sama sekali tak terlihat panik, apalagi tegang.