Sebaiknya Golkar Tak Mengunci Diri dengan Paksakan Dedi Mulyadi Jadi Cagub Jabar
Jika sampai waktu menjelang penutupan pendaftaran calon ternyata elektabilitas Dedi Mulyadi masih jauh dari yang diharapkan, maka Golkar pasti akan realistis dengan hanya mengajukan cawagub. Jika itu yang diambil, tentu yang paling memungkinkan adalah mengajukan cawagub untuk pendamping Ridwan Kamil.
Faktor kedua adalah kerja partai politik. Artinya, faktor kerja parpol menjadi ikut menentukan karena kaitannya untuk membangun komunikasi dengan partai lain dalam menjalin kerjasama politik atau mitra koalisi.
Sedangkan faktor ketiga adalah Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Golkar yang pasti punya kalkulasi tersendiri. Kalkulasi itu tentu melihat kepentingan politik pada 2019 serta soal pembiayaan politik.
"Kalau misalnya dari kalkulasi politik Golkar menganggap akan lebih menguntungkan dan besar peluang menangnya ketika mengusung cawagub, ya tentu itu yang akan diambil," terangnya.
Apalagi, lanjut dia, di era politik saat ini jabatan ketua DPD partai tidak otomatis menjadi calon terkuat untuk diusung dalam pilkada. Artinya, semua partai termasuk Partai Golkar diyakini tidak akan memaksakan untuk mengusung ketua DPD dalam pilkada jika kalkulasi politiknya tidak memungkinkan.
"Kalau dari sekarang sudah harga mati, misalkan Golkar sudah harga mati mencalonkan Dedi Mulyadi, tentu itu malah bisa merugikan partai. Sebab, bisa jadi nanti akan kesulitan mencari pasangan dan mitra koalisi. Jadi sudah tepat, ketika sekarang ini, nama-nama potensial mulai dimunculkan dan diberikan peluang untuk diusung, baik sebagai cagub maupun sebagai cawagub," ungkapnya.(ysa/rmol/jpg)