Sehari-hari, Garasi Formula 1 Berisikan Lapangan Futsal
Laporan Wartawan Jawa Pos AZRUL ANANDA dari MelbourneJumat, 11 September 2009 – 07:19 WIB
Dalam pertemuan itu, Walker menanyai popularitas F1 di Indonesia. Tentu saya jawab luar biasa. Hanya saja, termasuk berat bagi banyak penggemar untuk nonton ke Australia. Selain butuh waktu untuk mengurus visa, juga biayanya lebih tinggi dari nonton ke Malaysia.Walker tampak terkejut, ketika diberitahu penggemar F1 Indonesia bisa menikmati GP Malaysia dengan hanya mengeluarkan sedikit di atas USD 500 (Rp 5 juta). Itu cukup untuk pesawat, hotel murah, dan tiket nonton.
Grand Prix Australia sendiri telah menjalani masa-masa cukup "mendebarkan" belakangan ini. Terakhir, pada lomba Maret lalu, ada perubahan jam lomba. Dari start pukul 14.00, mundur ke pukul 17.00. Semula, F1 ingin lomba malam hari, supaya mendapat perhatian pemirsa televisi lebih baik di Eropa (basis utama penggemar F1). Kalau start pukul 14.00, maka penonton di Eropa harus bangun sekitar pukul 03.00 dini hari.
Semula, Walker dan perusahaannya mengajukan permintaan ke pemerintah untuk menginstalasi lampu, supaya bisa menyelenggarakan lomba di malam hari. Tapi ditolak. Start pukul 17.00 adalah kompromi. Dan Walker mengaku mendapatkan manfaatnya."Pemirsa televisi di Eropa melonjak tiga kali lipat. Dengan total pemirsa di seluruh dunia mencapai 100 juta orang," ungkapnya. "Jadi kami senang dengan format baru ini," tandasnya.