Close Banner Apps JPNN.com
JPNN.com App
Aplikasi Berita Terbaru dan Terpopuler
Dapatkan di Play Store atau Apps Store
Download Apps JPNN.com

Sejajar dengan Pele, Sederajad dengan Kubitschek

Jumat, 07 Desember 2012 – 14:41 WIB
Sejajar dengan Pele, Sederajad dengan Kubitschek - JPNN.COM

Saat melihat desain kota baru itu, sedang ada demonstrasi di lapangan parkir yang sangat santun, tertib, dan tidak mengganggu aktivitas publik sama sekali. Semua berjalan normal. Yang demo yang mencoreng-coreng mukanya, membuat poster tulisan dan gambar. Yang bekerja yang tetap dengan gaya Samba yang khas. Perempuannya seksi, menonjolkan bagian "bamper" depan dan belakang dengan sama "menantang"-nya. 

Oscar betul-betul sudah memikirkan kota karya planologinya untuk masa depan yang panjang. Memberi ruang yang lebar bagi Brasilia untuk tumbuh menjadi kota pemerintahan, kota diplomat, kota birokrasi, tempat presiden, tempat gubernur, menteri-menteri yang semua menyatu dalam satu deret. Apa saja yang berurusan dengan birokrasi, regulasi, peraturan, pemerintahan, cukup terbang ke sana. 

Konon, ide Presiden Soekarno untuk memindahkan ibu kota ke Palangkaraya (Kalimantan Tengah) dulu, pernah disampaikan ke Presiden JK. Bahkan, direncanakan lebih cepat. Sehingga, Jakarta akan berkembang menjadi kota perdagangan, jasa, bisnis, metropolitan, dan kota hiburan. Kota industri berkembang di sekeliling Jabodetabek, seperti Bekasi dan Tangerang. Pusat Pemerintahan, dikumpulkan di satu lokasi, entah di Palangkaraya atau wacana terakhir di kawasan Jonggol, Bogor, Jabar. 

Konsep memusatkan urusan pemerintahan di satu kota, sebenarnya sudah ada contoh konkret yang sukses. Amerika Serikat membangun Washington DC di Pantai Timur, bisa dijadikan model. Ibu Kota AS itu kini tumbuh dan berkembang manjdi kawasan yang sangat rapi, tertib, tertata, terprogram, jarak antarkantor kementerian satu dengan yang lain sangat dekat dan sejalur. Jalan lebar-lebar, museum, perpustakaan, dan pusat ilmu pengetahuan diatur dengan sangat asyik. Memorial Park juga di mana saja, menjadi objek wisata tersendiri. 

Hal serupa juga terjadi dengan Canberra, ibu kota Australia, yang sebelumnya pusat pemerintahan berada di Melbourne. Kota Melbourne tetap menarik, tetap indah, tetap nyaman, sebagai kota wisata, pendidikan, kebudayaan, pusat penggemblengan olahraga di tepian Yara River. Model-model arsitekturnya juga maju dan berani ekstrem.  Sedangkan kota baru, Canberra menjadi ibu kota pemerintahan, kota diplomat, kota politik, yang hiruk-pikuknya tidak akan mempengaruhi ketegangan di sekor lainnya. Dua negeri kaya itu adalah contoh yang nyata. Brazil di masa Presiden JK, juga cepat mengambil risiko, pindah ibu kota. Saat itulah, peran Oscar Niemeyer menjadi sangat vital, sangat menentukan, dan memberi confidence yang cukup buat Presiden JK mengambil keputusan. 

Yang mengagumkan, lebih dari 600 karya arsitektur Oscar Niemeyer ini betul-betul sesuai bahkan menyentuh hati rakyat Brazil. Mereka bangga dengan karya-karya legendanya itu. Bahkan, saat ini masih ada sekitar 20 proyek yang sedang berjalan di beberapa negara. Dia memenangkan penghargaan Pritzker, yang setara dengan Nobel untuk arsitektur, pada 1988. 

Bagi rakyat Brazil, nama Oscar Niemeyer Soares Filho yang lahir 15 Desember 1907 itu sudah sederajad dengan legenda sepak bola samba, Pele. Pahlawan sepak bola yang namanya abadi di hati rakyat Brazil. (bersambung)

Ibarat petir menyambar Pantai Copacabana. Tanpa disangka, berita duka itu menusuk telinga saya pukul 21.00 waktu Brazil kemarin. Legenda planolog

Redaktur & Reporter : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News