Close Banner Apps JPNN.com
JPNN.com App
Aplikasi Berita Terbaru dan Terpopuler
Dapatkan di Play Store atau Apps Store
Download Apps JPNN.com

Sejenak 'Menikmati' Rumah Aman Yayasan Embun Surabaya

Rumah Banyak Bocor, Makan Sering Kas Bon

Jumat, 21 November 2014 – 02:02 WIB
Sejenak 'Menikmati' Rumah Aman Yayasan Embun Surabaya - JPNN.COM
SEDERHANA: Dari kiri, Joris Lato, Rendra, Rasty, Dodon, dan Hendra di ruang kantor sekaligus kamar rumah aman. Foto: Eko Priyono/Jawa Pos

Meski berbadan tinggi besar dan berwajah sangar, Dodon malah paling jago memasak. Dia yang mengajari semua korban mengolah aneka ragam masakan. Usut punya usut, dia lulusan perhotelan sebuah kampus di Surabaya. ”Ilmunya dipakai di sini,” ucap finalis Cak dan Ning 2003 itu.

Untuk membeli bahan masakan, para aktivis itu iuran. Biasanya, lauk dan sayuran dibeli dari pedagang keliling. Penyebabnya bukan lebih murah. Tapi, mereka bisa ngebon lantaran tidak selalu ada uang yang cukup untuk membeli bahan masakan. Utang dibayar ketika sudah ada uang dengan selisih harga yang masih terjangkau.

Keseharian pendamping dan korban memang terlihat kontras. Bisa dibayangkan, sebagian besar pendamping adalah laki-laki. Tapi, semua korban adalah perempuan. Mau tidak mau, mereka diharuskan memahami dunia keperempuanan. Termasuk memahami perasaan mereka.

Ketika ada yang hamil, semua penghuni memberikan dukungan dan perhatian penuh. Bahkan, ada terapi khusus yang tidak didapati di tempat lain. Khusus ibu hamil setiap hari harus mengepel lantai dengan menggunakan tangan sembari jongkok. ”Itu terapi biar mudah melahirkan,” ucap Rendra. Cara itu sudah dibuktikan belasan perempuan hamil.

Lain lagi anak-anak yang masih sekolah. Setiap hari mereka diharuskan belajar minimal dua jam. Pendamping selalu memastikan mereka belajar setiap hari. Tujuannya, anak-anak tidak berhenti belajar meski hanya sebentar. Para aktivis itu yang mendampingi secara bergantian.

Semua perempuan di sana awalnya adalah korban. Tapi, saat ini tiga orang menjadi pendamping bagi korban yang lain. Mereka belajar dengan cara melihat aktivitas yayasan tersebut dalam menangani para korban. Mulai ikut rapat, belajar mengetik, hingga sekarang aktif mendampingi para korban.

Berbagai kejadian unik mewarnai kehidupan di sana. Rendra menceritakan, pernah ada perempuan hamil yang hampir melahirkan. Ketika dilihat, sudah bukaan pertama. Tapi, ketika dibawa ke rumah sakit, dia tidak kunjung melahirkan. Ternyata, jabang bayi itu baru lahir sebulan kemudian.

Ada juga korban yang datang ke rumah aman dan mengaku mengandung. Perutnya yang membuncit semakin menguatkan bahwa dia memang sedang mengandung. Nana (nama samaran) pun mendapat perhatian khusus agar merasa nyaman sehingga tidak mengganggu kesehatan. Setiap bulan remaja 17 tahun itu diperiksakan ke puskesmas. ”Bidan selalu bilang, bayinya sehat,” ucap Dodon yang mendampinginya ketika memeriksakan kandungan.

Membantu tidak harus menunggu mampu. Prinsip itu dipegang teguh aktivis Yayasan Embun Surabaya. Mereka menciptakan suasana kekeluargaan bagi yang

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News