Sejenak 'Menikmati' Rumah Aman Yayasan Embun Surabaya
Rumah Banyak Bocor, Makan Sering Kas BonSuatu ketika, Dodon dibuat sangat ketakutan karena korban mengeluarkan darah setelah motor yang dipakai memboncengkan Nana melewati polisi tidur. Nana yang mengeluh kesakitan diduga keguguran. Nana dibawa ke sebuah klinik di Dupak, tapi petugas medis angkat tangan karena menganggap kondisinya kritis.
Nana diboyong ke Rumah Sakit Haji dengan menggunakan ambulans. Tapi, karena saat itu tidak ada uang sama sekali, Nana dipindahkan ke Rumah Sakit Bhayangkara. Padahal, Nana sudah masuk ke UGD. ”Saya lebih baik mati daripada ditusuk-tusuk seperti ini,” ucap Dodon menirukan keluhan Nana.
Dari pemeriksaan itulah, kebohongan terungkap. Nana ternyata tidak hamil. Perutnya yang membuncit bukan karena mengandung. Darah yang keluar disebabkan bekas penguretan yang tidak bersih. Padahal, Nana diperlakukan seperti orang hamil selama tiga bulan.
Dodon bahkan pernah kena damprat petugas puskesmas. Sebab, setiap bulan dia memeriksakan perempuan hamil yang berbeda-beda. Perawat itu mengira pria 31 tahun tersebut pria hidung belang yang gemar menghamili perempuan. ”Sampeyan itu lanang tuek enggak tahu diri,” ucap Dodon menirukan.
Joris Lato, aktivis lainnya, menyebut bahwa dirinya menghadapi masalah terkait dengan identitas kependudukan para korban. Sebab, keluarga mereka tidak jelas. Mengurus identitas mereka di kampung asal tidak memungkinkan. Padahal, identitas menjadi syarat mutlak untuk bisa eksis. ”Mereka harus bisa mandiri biar tidak lagi jadi korban,” ucapnya. (*/c6/dos)