Sejumlah Raksasa Teknologi Tinggalkan Tiongkok karena Faktor Regulasi dan Ekosistem Berbeda
AirBnB juga akan hengkang
Pada bulan Mei, salah satu pendiri Airbnb, Nathan Biecharczyk, mengatakan dalam postingannya di media sosial WeChat bahwa perusahaan itu akan menutup bisnis domestiknya pada 30 Juli. Mereka, katanya, akan fokus pada perjalanan keluar dari Tiongkok sebagai gantinya.
Implikasi keputusan ini menyebabkan AirBnB akan menghapus 150.000 tempat tinggal terdaftar di Tiongkok.
Pada tahun 2020, Biecharczyk menyatakan Tiongkok akan menjadi yang terbesar di Airbnb.
Keputusan Kindle dan Airbnb ini menyusul keputusan perusahaan teknologi AS sebelumnya, termasuk Yahoo dan LinkedIn Microsoft, yang telah menghentikan layanan mereka dari Tiongkok. Google bahkan telah keluar dari negara itu pada tahun 2010.
Perusahaan raksasa AS di luar bidang teknologi kabarnya sedang memikirkan kembali produk digital mereka di Tiongkok saat ini.
Pada bulan Juni, misalnya, merek pakaian Nike mengumumkan konsumen Tiongkok akan kehilangan akses ke aplikasi Runner Club-nya, yang memungkinkan pengguna untuk melacak aktivitas olahraga mereka dan berbagi data dengan teman-teman mereka.
Perusahaan itu mengatakan kepada stasiun TV CNN bahwa mereka masih akan berinvestasi dalam mengembangkan platform digital di Tiongkok, dan akan meluncurkan platform "lokal" untuk para olahragawan Tiongkok di masa depan.
Tertekan oleh peraturan yang kian ketat
Karena semakin banyak merek teknologi Barat meninggalkan Tiongkok, sejumlah pengamat menyebut adanya dua undang-undang keamanan data negara itu sebagai faktor penyebab.