Sejumlah Tokoh Bakal Menggugat Jokowi dan Pertamina, Laode Ida Beri Saran Begini
Pertama, bahwa harga pokok BBM yang dijual di Indonesia sekarang ini adalah harga sebelum turunnya harga BBM dunia. Jadi kalau dijual dengan harga murah, sudah pasti pertamina akan mengalami kerugian besar. Dan, sebagai BUMN niscaya hal itu tidak mungkin dilakukan.
Kedua, harga BBM dunia terus berfluktuasi. Pada hari dimana Direksi Pertamina memberikan penjelasan secara virtual pada ombudsman, misalnya, harga BBM dunia untuk menanjak naik di atas angka US $ 30 an per barel. Ketika aktivitas sosial ekonomi masyatakat dunia akan berangsur normal, niscaya harga BBM juga akan berangsur naik.
Ketiga, jika harga BBM diturunkan dan terjadi kerugian besar di pihak Pertamina, maka niscaya juga akan terjadi pengurangan tenaga kerja atau PHK. Tentu hal ini tidak dikehendaki.
“Dan saya turut apresiasi pertamina yang hingga sekarang tidak ada PHK. Karena jika pertamina mengalami kerugian dengan menurunkan harga BBM, maka akan kian menambah barisan warga bangsa ini yang terkena PHK akibat wabah corona yang konon jumlahnya sekarang sudah berada di atas angka 2 juta orang,” kata Laode Ida.
Laode mengusulkan perlu untuk mencermati lebih jauh mengenai rencana kebijakan PT Pertamina yang akan meniadakan penggunaan BBM jenis premium di Pulau Jawa di tahun 2020 ini. Laode beralasan hal ini terkait juga dengan upaya penghilangan subsidi BBM bagi pengguna kendaraan khususnya roda empat.
“Asumsi yang dibangun pihak pertamina adalah bahwa ketika seseorang sudah memiliki kendaraan roda empat berarti yang bersangkutan dianggap sudah mampu dan tidak butuh lagi disubsidi,” kata Laode.(fri/jpnn)