Sektor Industri Keuangan Hadapi Tantangan Suku Bunga Tinggi
jpnn.com, JAKARTA - Sektor industri keuangan memiliki peranan penting dalam menopang perekonomian di suatu negara. Pada tahun ini, sektor keuangan tengah menghadapi tantangan seiring dengan tren era suku bunga tinggi di tingkat global yang diperkirakan masih akan berlanjut.
Kenaikan suku bunga tentu akan berpengaruh terhadap rantai pasokan. Perusahaan dikhawatirkan akan menunda kegiatan karena suku bunga yang tinggi akibat meningkatnya biaya peminjaman uang.
Selain itu, dari sisi konsumen juga akan terjadi penurunan daya beli. Di Tengah kondisi ancaman krisis global dan kenaikan inflasi hingga suku bunga yang tinggi dari bank sentral berpotensi melemahkan daya beli masyarakat.
Sektor industri sudah menghadapi tantangan tren era suku bunga tinggi yang saat ini diprediksi akan segera berakhir. Bl telah memangkas suku bunga acuan sebesar 25 bps meniadi 6,0 persen pada Rabu,18 September 2024.
Untuk menjawab dan membedah tantangan dunia usaha Indonesia dan peluang yang dapat dimanfaatkan di era suku bunga tinggi, Warta Ekonomi menggelar seminar dengan tema "Menavigasi Strategi Bisnis Setelah Penurunan Suku Bunga Acuan dan Hancurnya Kelas Menengah" sebagai wadah diskusi terkait permasalahan yang sedang terjadi.
Kegiatan itu dihadiri Amalia Adininggar W selaku PIt. Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) yang juga ditunjuk sebagai keynote speaker.
Kemudian menghadirkan empat nama sebagai narasumber yakni, David Sumual Tlm Ekonom Perbanas, Roy Mandey Ketua Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (APRINDO), Hari Ganie Wakil Ketua Umum DPP REI dan Firlie H Ganinduto Wakil Ketua Umum Bidang Komunikasi dan Informatika KADIN Indonesia dan dimodertori oleh Ryan Kiryanto - Ekonom & Co-Founder dan Dewan Pakar Institute of Social Economic and Digital (ISED).
David Sumual mengatakan salah satu penggerak utama dari sisi moneter ialah Bank Central Amerika. Bank Central Amerika telah menurunkan suku bunga sebanyak 50 basis point per 20 Septmebr 2024.