Selama Elite Musuhan Terus, Jangan Harap Rakyat Damai
jpnn.com - JAKARTA - Pakar hukum tata negara dari Universitas Parahyangan, Bandung, Asep Warlan Yusuf mengatakan kerusuhan dan pertikaian yang terjadi di masyarakat maupun antar-lembaga negara dan institusi, adalah cerminan dari sikap para elite yang terus bermusuhan.
"Bagaimana mengharapkan rakyat berdamai, TNI–Polri berdamai, KPK-Polri berdamai kalau para elitenya terus bermusuhan? Makanya jangan heran kalau peristiwa seperti Tolikara, peristiwa saling serang antara TNI-Polri dan peristiwa-peristiwa rusuh lainnya akan terus terjadi selama para elite masih bermusuhan," kata Asep, Senin (20/7).
Dia mencontohkan masalah KMP dan KIH bahkan konflik internal pendukung Jokowi yang tergabung dalam KIH yang bermusuhan dalam kabinet serta perseteruan elite Partai Golkar dan PPP.
"KMP dan KIH belum damai. Ini bisa dilihat dari belum adanya silaturahmi lebaran antara pimpinan KMP dan KIH. Bahkan di internal KIH sendiri gontok-gontokan, di antara mereka masih saling berebut pengaruh seperti dalam isu reshuffle. Bahkan yang lebih ekstrim adalah yang diperlihatkan para elit Partai Golkar dan PPP, yang meski berada dalam satu naungan partai, masih bertikai," ungkap Asep.
Menurut Asep, para elite lanjutnya, terkesan hanya menggunakan nilai-nilai keagamaan dan Pancasila sekadar untuk slogan, tanpa bisa memaknai apa yang menjadi keyakinan mereka dalam beragama dan berpancasila. Masyarakat pun melihat pernyataan-pernyataan mereka tidak memiliki makna karena mereka tidak mempraktekkan apa yang sering mereka ucapkan.
Dengan kondisi ini ujar Asep, tema penting membangun negara dengan sebuah kebersamaan, gotong royong, dan toleransi tenggelam. "Tanggung jawab untuk membangun bangsa dan rakyat Indonesia sulit direalisasikan. Bagaimana rakyat bisa dibenahi kalau pimpinannya tidak membenahi diri sendiri," pungkasnya.(fas/jpnn)