Sempat Jadi Tulang Punggung, Galangan Kapal Nasibmu Kini
Dia berharap shipyard berteknologi tinggi tersebut bisa mentransfer ilmunya kepada shipyard-shipyard yang sudah lama bermukim di Batam.
"Kita cari investor berteknologi tinggi sehingga potensi yang lebih tinggi bisa dilihat. Harapannya shipyard yang ada nanti tidak hanya buat tongkang saja, tapi juga buat kapal militer atau lainnyam," ungkapnya.
Hatanto juga mengungkapkan pemikirannya bagaimana jika shipyard menggabungkan asetnya, baik itu lahan maupun modalnya. Karena seperti yang telah diketahui, bahwa lahan tepi pantai yang bisa dialokasikan untuk shipyard sudah tidak ada lagi.
"Sehingga mereka bisa kerjasama. Investor pun jadi tertarik. Shipyard itu sangat penting," tegasnya.
Meskipun harapan telah digantungkan, galangan kapal di Batam masih terus diganggu oleh kebijakan-kebijakan pemerintah yang memberatkan, seperti ketika Pemerintah Provinsi (Pemprov) Kepri menaikkan Upah Minimum Sektoral (UMS) sektor galangan kapal yang mencapai sekitar Rp 3,4 juta.
Kalangan pengusaha shipyard pun berang dengan kenaikan ini. Karena pada dasarnya saat ini galangan kapal tengah diambang kehancuran namun malah harus membayar gaji yang terlalu tinggi.
Pengusaha-pengusaha shipyard yang tergabung dalam Batam Shipyard offshore Association (BSOA) telah meminta Gubernur Kepri untuk mempertimbangkan keputusannya. Jika tidak mendapat respon yang baik, maka mereka berencana untuk menggugatnya.
Ketua BSOA, Sarwo Edi telah membenarkan bahwa mereka akan melakukan gugatan."Setelah lebaran, kami akan jalan terus," pungkasnya belum lama ini.(leo)