Sempat Tegang, Pilot Sukhoi TNI Berhasil Paksa Tentara AS Menyerah
jpnn.com - TARAKAN - Entah apa mimpi Mayor Anton Salapea, malam sebelum bertugas di langit Tarakan Kalimantan Utara, Senin (9/11). Salah seorang pilot Sukhoi TNI AU itu, berhasil menunaikan tugas negara dengan baik. Kedaulatan NKRI pun terjaga.
Mayor Anton adalah penerbang yang memaksa sebuah pesawat asing mendarat di Bandara Juwata Tarakan, kemarin. Radar Tarakan (Grup JPNN) pun beruntung bisa mendapatkan cerita dari Anton.
"Awalnya kami (bersama satu Sukhoi lainnya) hanya melakukan tugas rutin, yakni latihan terbang dan latihan pengeboman di wilayah Ambalat. Namun setibanya di Ambalat, kami mendapatkan informasi dari Komandan Pertahanan Udara Nasional (Kohanudnas)," tutur Anton.
Ternyata informasi dari darat itu, mengharuskan Anton dan tim, bertugas demi negara. Sebuah pesawat asing jenis propeller single engine dengan nomor lambung N96706, telah melintas di wilayah Indonesia. Anton pun diwajibkan mengabdi demi negeri.
“Waktu mendapatkan informasi tersebut, awalnya kami hanya ingin memastikan saja apakah pesawat yang dimaksud benar melanggar batas atau tidak. Setelah dilihat menggunakan radar, pesawat tersebut memang masuk di wilayah NKRI. Kami langsung mendekati pesawat, untuk memintanya melakukan pendaratan di bandara terdekat yaitu Bandara Juwata Tarakan,” tandas Anton.
Sempat tegang! Saat permintaan sudah dilayangkan, pilot pesawat yang kemudian diketahui bernama James Murphy itu sempat bandel. Pilot yang mengaku terbang dari Filipina menuju Malaysia itu, tidak mau turun. Penerbang asing yang diduga masih aktif sebagai tentara Amerika Serikat berpangkat Letnan Kolonel tersebut, merasa memiliki izin untuk melintas di wilayah Indonesia.
“Memang sempat lama di udara, karena pesawat itu memutar-mutar tidak mau turun. Namun saat dilakukan pendekatan lebih lanjut, akhirnya pesawat asing itu mau turun di landasan pacu Bandar Juwata, sehingga kontak senjata pun bisa dihindari,” terangnya.
Kini, untuk sementara, pilot berkewarganegaraan AS itu masih harus menjalani pemeriksaan di Tarakan. (*/ima/udi/adk/jpnn)