Semuanya Naik, Ini Berbahaya!
"Kalau semua harga naik, bulan depan akan ada yang naik lagi efek psikologisnya masyarakat akan mengerem pembelian. Atau setidaknya uang dipakai untuk yang penting-penting dulu seperti bayar sekolah dan makan," sebutnya.
Jika itu terjadi maka dampaknya akan sangat terasa bagi pelaku industri."Efeknya panjang, orang akan menunda beli baju. Industri TPT (tekstil dan produk tekstil) yang tadinya produksi 1.000 baju jadi cuma 5.000 baju. Berapa karyawan yang berpotensi dirumahkan jika itu terjadi?Sepertinya memang biasa tapi itu bisa luar biasa dampaknya," kata dia.
Belum lagi kalau dikaitkan dengan penjualan properti yang bisa menurun dengan efek berantainya yang juga panjang. Dia mengambil contoh, turunnya penjualan properti bisa berpengaruh terhadap industri semen, keramik, cat atau baja ringan.
"Bahkan penjualan furniture hingga gorden juga bisa turun," ujar Handaka yang juga Wakil Ketua Umum Real Estate Indonesia (REI) ini.
Oleh sebab itu, pihaknya berharap pemerintahan Presiden Joko Widodo dan para menterinya bisa mempertimbangkan masak-masak setiap rencana kenaikan harga.
"Saya sendiri tidak puas dengan pemerintahan yang baru ini. Masak rupiah melemah bukannya cari solusi malah pejabatnya ngomong ini menguntungkan dan membuat Indonesia kompetitif," cetusnya.
Padahal kondisi ini justru membuat pelaku usaha resah karena biaya produksi yang meningkat. Pihaknya berharap pemerintah bisa menstabilkan rupiah.
"Yang penting itu stabil, tidak seperti sekarang trennya naik terus diatas Rp 13.000 per dolar. Kalau pemerintah bilang ini bagus ya kita biarkan saja, tidak usah dibantu," jelasnya. (wir/dee)