Seniman Aceh Baca Jakarta
Senin, 10 Mei 2010 – 21:56 WIB
Pertunjukan sengaja mengambil tempat di ruang publik, dengan maksud lebih mendekatkan seni dengan masyarakat. "Dulu, di Aceh pertunjukan seni dilakukan di lapangan terbuka, halaman sekolah, tegalan, atau sawah setelah musim panen. Antara seni dan masyarakat tanpa jarak," ujar Fikar.
Pentas ini disebutkan ingin menegaskan bahwa semua tempat bisa dijadikan sebagai ruang pertunjukan, termasuk (lokasi) kakilima, halte, terminal bus, stasiun kereta, taman, hingga gang-gang di perkampungan padat Jakarta, pos ronda, pasar dan sebagainya. "Pentas kakilima berangkat dari kesadaran itu," imbuh Mustafa Ismail yang mendampingi Fikar.