Sensasi Musim Dingin di Jepang, Serasa Dalam Dunia Dongeng
Ketika malam tahun baru, kami sengaja menjadwalkannya di Tokyo. Orang Jepang ternyata tidak hura-hura dalam merayakan pergantian tahun. Sebaliknya, mereka pergi berdoa dan melakukan ritual khusus di kuil.
Meski Tokyo kota metropolitan, masih saja dijumpai stasiun kereta api yang tidak dilengkapi eskalator maupun lift. Namun, kadang yang ada hanya disediakan untuk naik, sedangkan yang turun tidak ada. Kami pun terpaksa mengangkat koper naik dan turun tangga di beberapa stasiun.
Hal paling mengesankan adalah saat kami tinggal di ryokan. Rasanya asli Jepang. Tidur menggunakan tatami dan futon yang berjajar-jajar di lantai dengan dilengkapi penghangat ruangan. Meja di tengah ruangan dilengkapi penghangat kaki di bagian bawah. Kami juga mandi ala Jepang di onsen (pemandian air panas ala Jepang) dan mengikuti tata cara mandi di onsen yang sudah baku.
Sebelum masuk onsen, orang harus mandi bersih lebih dulu. Setelah itu, pengunjung baru boleh masuk onsen yang berupa bak mandi besar yang digunakan berendam beramai-ramai. Ada onsen khusus laki-laki dan perempuan. Tetapi, di beberapa tempat, ada juga yang digunakan secara bersama-sama.
Menginap di ryokan terasa bagai bangsawan yang dilayani. Saat pulang bermain salju, sang pemilik ryokan sudah membakar ikan dan menyiapkan makan malam yang sangat lengkap. Begitu juga ketika bangun tidur. Sarapan telah tersedia dengan lengkap. Di lain kesempatan, saya ingin bermalas-malasan di ryokan selama seminggu, hahaha. Tetapi, biaya tinggal di ryokan mahal karena full service. (c15/c14/dos)