Close Banner Apps JPNN.com
JPNN.com App
Aplikasi Berita Terbaru dan Terpopuler
Dapatkan di Play Store atau Apps Store
Download Apps JPNN.com

Seorang Penambang Emas di Kapuas Ditemukan Tewas dengan Perut Robek

Selasa, 23 April 2019 – 03:15 WIB
Seorang Penambang Emas di Kapuas Ditemukan Tewas dengan Perut Robek - JPNN.COM
Police Line. foto: ilustrasi for sumeks

jpnn.com, PALANGKA RAYA - Samsiah terkulai lemas saat menatap anaknya, Ebi Pri Dija Wijaya, terbujur kaku di kamar jenazah RSUD dr Doris Sylvanus Palangka Raya, Kalteng.

Penyesalan begitu dirasakan, tatkala mendengar kabar kematian anak kesayangannya. Hatinya hancur setelah mengetahui bahwa anaknya menjadi korban pembunuhan.

Ebi yang masih berusia 27 tahun itu, ditemukan tewas bersimbah darah di dekat pondok tempatnya bekerja sebagai penambang emas tradisional, di Dusun Karahau, Desa Sei Gita, Kecamatan Mantangai, Kapuas, Sabtu (20/4). Luka menganga tampak jelas pada bagian perut. Diduga akibat terkena senjata tajam.

“Saya menyesali kematiannya ini. Sebelumnya kakaknya meninggal, berbarengan dengan neneknya,” ungkapnya.

Perempuan paruh baya itu mengatakan, pada Juni 2018 lalu anaknya memutuskan berangkat menambang. Meski sempat dilarangnya. Tapi sang anak tetap bersikeras. Membekali diri dengan membaca surat Yasin pada malam sebelum keberangkatan.

“Sering saya nasihati dia agar jangan pergi kerja ke sana, jangan kerja jauh,” sebutnya kepada Kalteng Pos.

Informasi dari kepolisian, korban pertama kali ditemukan oleh rekannya, Gatak (37), sekitar pukul 06.00 WIB. Saat itu Gatak sedang membersihkan peralatan masak. Ketika hendak buang air kecil, dia melihat korban dalam posisi telentang. Setelah didekati, barulah dia menyadari bahwa korban sudah meninggal dunia.

Gatak pun memberitahukan kepada rekan kerja lainnya, bahwa dia menemukan mayat di dekat pondok. Selanjutnya mereka melapor ke Pospol Bagugus Sektor Mantangai atas informasi penemuan mayat itu.

Samsiah terkulai lemas saat menatap anaknya, Ebi Pri Dija Wijaya, terbujur kaku di kamar jenazah RSUD dr Doris Sylvanus Palangka Raya, Kalteng.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News