Close Banner Apps JPNN.com
JPNN.com App
Aplikasi Berita Terbaru dan Terpopuler
Dapatkan di Play Store atau Apps Store
Download Apps JPNN.com

Serangan Fajar Zamboanga yang Mencederai Filipina

Perdamaian yang Tak Jamin Stop Perang

Minggu, 15 September 2013 – 08:21 WIB
Serangan Fajar Zamboanga yang Mencederai Filipina - JPNN.COM

Meski Banloi menganggap kesepakatan tersebut tidak akan mengubah apa pun di lapangan, Manila bersikukuh bahwa serangan MNLF di Zamboanga tidak akan mengganggu negosiasi damai yang berjalan. ’’Kami akan tetap berunding dengan MILF. Ini tidak akan mengganggu proses perdamaian. Kami percaya proses perdamaian dengan MILF adalah perdamaian untuk seluruh muslim Mindanao,’’ kata Juru Bicara Kepresidenan Edwin Lacierda.

Berdasar informasi di lapangan, Juru Bicara Militer Letnan Kolonel Ramon Zagala menyatakan, pemberontak MNLF menyandera sekitar 300 orang dari beberapa desa berbeda di Zamboanga yang penduduknya mayoritas Kriten.

Mereka digunakan sebagai tebusan dalam proses negosiasi dengan pasukan pemerintah sekaligus dimanfaatkan untuk tameng hidup saat terjadi kontak senjata. Dia menambahkan, prioritas tentara saat ini adalah membebaskan sandera dengan selamat. Hingga Jumat malam (13/9), korban tewas mencapai 22 orang.  

Sampai saat ini, Misuari dilaporkan tidak terlibat langsung dalam serangan di Zamboanga dan keberadaannya tidak diketahui. Namun, pekan depan, pria kelahiran Sulu tersebut dijadwalkan akan menghadiri forum evaluasi atas implementasi perjanjian damai 1996 di Jogjakarta, Indonesia.
 
Pemerintah menganggap Nur Misuari tak juga meletakkan senjata setelah perjanjian tersebut. Dia malah menuduh pemerintah mengingkari janji untuk membangun wilayah muslim di Filipina Selatan.

’’Ada batas-batas yang tidak boleh dilanggar oleh MNLF,’’ tegas Presiden Filipina Benigno Aquino kepada wartawan. Dia kemudian memperingatkan bahwa pemerintah akan menggunakan kekuatan militer jika tetap terjadi pelanggaran. (Philippines Star/cak/c16/dos)

SEJARAH panjang bangsa Moro, Filipina Selatan, adalah sejarah panjang konflik. Sejak abad 14, mereka ingin berdiri sebagai bangsa mandiri. Beberapa

Redaktur & Reporter : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

BERITA LAINNYA