Serbaada di Samarinda
Dokter Boyke terus menggerakkan alatnya. Diiringi lagu-lagu barat. Yang ia setel dari stock yang ada di HP-nya.
Anak ‘wedok’ saya, Isna Fitriana, mendekatkan mulutnya ke telinga saya. ”Wow… kegemaran dokter Boyke rupanya sama dengan saya: lagu-lagu Bon Jovi,” bisik anak wedok saya itu.
Ternyata dokter Boyke juga seperti anak saya itu: gemar bersepeda. Bahkan sepedanya sama: merk Wdnsdy. Baca: Wednesday. Yang diproduksi oleh Azrul Ananda. Anak sulung saya.
Oleh dokter Boyke batu yang lebih kecil itu diusik. Dipindahkan dari tempatnya. Dijadikan satu dengan batu yang lebih besar.
Saya pikir mau dihancurkan bersamaan. Ternyata tidak. Hanya dibandingkan ukurannya. Lalu batu yang lebih kecil dimasukkan jaring. Yang dipasang di ujung alatnya. Jaring ditarik.
Ternyata ukuran batu itu lebih kecil dari saluran air kencing. Maka batu pun dikeluarkan. Tidak dihancurkan.
Yang besar pun kemudian dijaring. Dicoba ditarik. Ternyata lebih besar dari saluran kencing. Maka batu itu dikembalikan lagi ke tempat asalnya: akan ditembak dengan laser.
Saya pikir batu itu akan langsung hancur saat dilaser. Ternyata laser itu hanya mencuil-cuil batu.