Sesjen MPR: Gunakan Teknologi Informasi untuk Persatuan Sesama Anak Bangsa
Dengan demikian cita kemanusian dan keadilan tidak mudah diwujudkan. Keputusan dan kebijakan yang diambil yang tidak mengakomodir berbagai kepentingan masyarakat itulah yang menimbulkan berbagai ketidak puasan dan konflik. Ini yang tidak baik tentunya untuk memupuk dan memantapkan persatuan bangsa dan kesatuan negara.
“Saya pikir nilai-nilai demokrasi khas Indonesia inilah yang harus terus dihidupkan sehingga persatuan Indonesia semakin kokoh sebagai syarat mewujudkan cita cita negara sebagaimana termaktub dalam pembukaan Undang Undang Dasar,” ujar pemegang anugerah Birokrat Teladan ini saat hadir sebagai narasumber sekaligus mewakili DR. Oesman Sapta, Wakil Ketua MPR RI.
Jadi, menurut Ma’ruf, kalau musyawarah mencapai mufakat dilakukan atas dasar nilai-nilai transendental hikmat kebijaksanaan, maka apapun keputusan yang diambil akan bisa diterima oleh semua pihak dan semua bertanggung jawab melaksanakannya,” ujar Ma’ruf Cahyono.
Itu adalah gambaran tentang jati diri ke-Indonesia kita. Untuk memberi gambaran secara utuh tentang ke-Indonesiaan kita, putera kelahiran Banyumas, Jawa Tengah, ini mengawali pidato kuncinya dengan membacakan puisi berjudul: Masih Indonesiakah kita....? Puisi ini menggambarkan betapa semua kita khawatir kehilangan ke-Indonesiaan kita yang merupakan jati diri bangsa.
Kita semua, menurut Ma’ruf, takut Indonesia kehilangan sebagai bangsa yang religius, bangsa yang humanis, bersatu, demokratis dan yang berkeadilan. Kata Ma’ruf, Itulah visi kehidupan berbangsa kita yang sangat bagus sebagai karya para pendiri bangsa.
Cita-cita para pendiri bangsa adalah negara Indonesia menjadi bangsa yang religius, bangsa yang humanis, bersatu, demokratis, adil sejahtera, mandiri, maju dan bersih. “Itu adalah cita-cita sangat mulia,” katanya.
Untuk menciptakan satu kondisi bangsa yang sesuai dengan visi para pendiri bangsa, manurut Ma’ruf, tentu tidak mudah, tapi bukan sesuatu yang berat. Untuk itu, katanya, bisa dimulai dari manapun, termasuk dari diri kita sendiri.
Dari entitas yang paling kecil misalnya, misalnya mulai dari RT, RW, kabupaten-kota, sampai tingkat negara. Cita negara akan terwujud jika nilai fundamental negara itu diaktualisasikan dalam kehidupan sehari-hari.