Setiap Jumat Terbang ke Solo untuk Nonton Pergelaran Ki Purbo
"Saya merasa terhormat bisa tampil di depan Bapak Presiden SBY beserta ibu. Presiden SBY cukup paham wayang, sedangkan Ibu Ani (Yudhoyono) beberapa kali lihat layar LCD membaca terjemahan saya," kenang Kitsie bangga.
Sejak kecil Kitsie sudah mencintai seni. Awalnya fokus pada seni musik. Perempuan yang merahasiakan umurnya tersebut belajar piano klasik sejak umur lima tahun. Setiap hari dia berlatih keras berjam-jam dengan serius. Dia juga rajin mengikuti lomba musik klasik.
Saking cintanya pada musik, saat kuliah di Cornell University, New York, Kitsie mengambil jurusan piano performance. Saat S-2 dia juga mengambil program master di jurusan yang sama di Queens College. Namun, di akhir masa studi, Kitsie merasa telah "tersesat". Dia tidak yakin dengan masa depannya sebagai pianis.
"Mungkin saya bagus (main pianonya), tapi tidak sebagus para pianis di New York. Saya harus terima hidup sebagai accompanies yang hanya mengiringi lomba," ungkapnya.
Di tengah kegalauan hatinya, dia teringat ada kursus gamelan di kampus lamanya, Cornell University. Dia juga menyempatkan diri menyaksikan konser gamelan yang diadakan Kedubes RI di Amerika. Itulah konser gamelan kali pertama yang ditontonnya.
Grup gamelan Kusumo Laras yang beranggota orang-orang Amerika tampil memukau. Kitsie merasa terhibur. Bahkan, sejak itu dia mengaku jatuh cinta pada musik gamelan.
"Musiknya indah sekali. Saya penasaran karena notasinya berbeda. Saya pun langsung bergabung dengan mereka," tuturnya.
Bagai menemukan oase, Kitsie menggauli gamelan siang dan malam. Dia rajin berlatih sampai bisa. Bahkan, pada 1991 dia memutuskan pergi ke Indonesia untuk mendalami gamelan. Namun, sebelum terbang ke negeri asal musik gamelan itu, Kitsie bertemu kawannya yang orang Indonesia. Temannya tersebut meminta Kitsie untuk menjadi guide bagi grup gamelan Indonesia yang tampil di Smithsonian National Museum, New York.