Setiap Mau Dikeruk, Buldoser Mati
Jumat, 16 April 2010 – 05:09 WIB
Menurut Salim, ziarah ini menunjukkan makam Mbah Priok tidak dipindahkan. ’’Karena itu, pengajian rutin setiap malam Jumat (tadi malam, Red) tetap berlangsung. Ini untuk memberi kesempatan bagi peziarah yang banyak datang dari luar kota. Jumlah peziarah bisa di atas 1.000 orang,’’ beber dia.
Seorang jamaah yang dikenal sebagai pengurus Makam Mbah Priok, Bambang Setiawan, menambahkan, klaim pemindahan makam itu mengambil dasar kuburan warga yang dulu bernama Koja Selatan.
Sebelum 1990, kata Bambang, ada generasi Mbah Priok yang memberi wakaf kepada warga sekitar Koja berupa tanah kuburan atau sebagai TPU. Tapi pengelolaan TPU ini diambil alih oleh Pemprov DKI Jakarta. ’’Karena itu, Pemda mudah membongkar TPU ini untuk dipindah ke TPU Semper pada 1997. Tak sampai setahun, Pemda rupanya ingin memindahkan juga makam Mbah Priok,’’ jelas Bambang. Walaupun warga dan jamaah melawan, lanjut Bambang, saat itu buldoser Pemda sempat mengeruk tanah makam. ’’Anehnya, setiap mau mengeruk, tiba-tiba mesin buldoser mati. Ada tiga buldoser. Ketiga-tiganya mati. Tak lama kemudian, para pemangku jabatan yang menyiapkan sembilan peti jenazah dikabarkan meninggal,’’ cerita dia.
Keanehan serupa, tambah Bambang, terjadi saat bentrok Rabu (13/4) kemarin. Saat ratusan Satpol PP merangsek masuk dan dua buldoser berhasil merobohkan dua kotak dinding kluster, buldoser langsung mati. ’’Anehnya lagi, anggota Satpol PP lari tunggang langgang seperti melihat sesuatu yang menakutkan. Makanya waktu serangan pertama, kami berhasil memukul mundur Satpol PP. Kalau realitasnya, itu mustahil terjadi.