Shireen
Oleh: Dhimam Abror DjuraidBoikot dan tekanan tidak menghentikan Al Jazeera. Siaran dalam bahasa Inggris membuat Al Jazeera membuat mendapatkan audiens yang sangat luas di berbagai negara dunia. Al Jazeera memiliki 2.500 anggota staf dan jurnalis dari 40 negara.
Jaringannya disiarkan dari empat pusat di Doha, Kuala Lumpur, London, dan Washington DC, serta banyak biro di seluruh dunia. Al Jazeera mengeklaim layanan berbahasa Inggrisnya menjangkau 100 juta rumah. Layanan bahasa Arabnya memiliki pemirsa sekitar 40 juta hingga 50 juta.
Al Jazeera lahir dari sebuah konflik politik internal di Qatar. Pada 1995 Putra Mahkota Qatar Hamad bin Khalifa mengambil alih kekuasan dari ayahnya dan melakukan reformasi di berbagai bidang termasuk media. Putra Mahkota berambisi menjadi Qatar sebagai Swiss versi Teluk Persia.
Publisitas yang masif akan membantu ambisi itu. Putra Mahkota ingin meniru CNN dan kemudian menyewa ratusan jurnalis profesional dari BBC untuk mendirikan Al Jazeera. Dalam waktu singkat Al Jazeera menjadi sensasi di 22 negara Arab yang sebelumnya belum pernah melihat siaran televisi berita bahasa Arab 24 jam.
Al Jazeera menembus kemana-mana. Di Casbah Algiers, di daerah kumuh Kairo, di pinggiran Damaskus, bahkan di tenda-tenda gurun Bedouin dengan antena parabola, saluran itu telah menjadi gaya hidup. Dalam dua tahun Al Jazeera mengubah cara konsumsi berita warga Timur Tengah menjadi lebih kritis karena berita-berita yang objektif dan real time.
Biasanya media-media Arab hanya menyajikan berita-berita pemerintahan yang membosankan, dan Al Jazeera mengubah semuanya.
Gaya laporan jurnalistik Al Jazeera yang terbuka dan agresif dari seluruh dunia Arab merupakan pengalaman baru bagi rezim-rezim Arab.
Mereka tidak suka dengan pemberitaan yang membingkar praktik-praktik tertutup yang sudah berlangsung puluhan tahun.