Siap Mati untuk Perang, tapi Jangan Sampai Kita Mati Sia-Sia
jpnn.com - Setiap tanggal 15 Januari, kita memperingatinya sebagai Hari Dharma Samudra. Peringatan itu untuk mengenang peristiwa heroik pertempuran di Laut Aru saat berjuang mempertahankan Irian Barat dalam pangkuan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Saat itu, putra-putri Indonesia berani menghadapi gempuran kapal perang kerajaan Belanda. Armada dan persenjataan yang dimiliki Indonesia saat itu memang kalah modern dan canggih dibandingkan dengan peralatan perang yang dimiliki negeri kincir angin itu.
Namun, kita tidak kalah dalam hal semangat patriotisme atau herorisme. Para pejuang saat itu rela mempertaruhkan jiwa dan raganya demi tetap mempertahankan kedaulatan Indonesia.
Lantas, setelah 56 tahun berlalu, bagaimana dengan semangat nasionalisme di kalangan generasi muda saat ini? Masihkah jiwa heroik itu tetap terpatri dalam diri generasi muda Indonesia dalam upaya mewujudkan Indonesia yang adil, makmur dan berdaulat saat ini dan di masa mendatang?
FRIEDERICH BATARI - Jawa Pos National Network di Jakarta
Ingat, sejarah mencatat generasi masa lalu atau boleh disebut para pejuang kita adalah mereka yang memiliki militansi dan mengenal kata menyerah. Mereka tidak takut mati sekalipun peluru bahkan rudal siap menerjang.
Mereka terus menggelorakan perlawanan terhadap penjajah yang ingin tetap bercokol di bumi Nusantara saat itu. Hari Dharma Samudra, yang dikenang setiap tanggal 15 Januari adalah bukti kuat generasi muda saat itu dengan gagah melawan kolonial yang ingin menjajah kembali Indonesia.
Saat itu, tiga kapal cepat torpedo TNI Angkatan Laut dengan semangat patriotisme atau heroisme berani menghadapi kapal perang Belanda itu. Ketiga Kapal Perang RI (KRI) itu adalah KRI Macan Tutul, KRI Harimau dan KRI Macan Kumbang.