Close Banner Apps JPNN.com
JPNN.com App
Aplikasi Berita Terbaru dan Terpopuler
Dapatkan di Play Store atau Apps Store
Download Apps JPNN.com

Siapa Bilang Menambang Bawah Tanah Mudah dan Gampang?

Rabu, 24 Mei 2017 – 18:38 WIB
Siapa Bilang Menambang Bawah Tanah Mudah dan Gampang? - JPNN.COM
Lokasi pertambangan PT Freeport Indonesia di Papua. Foto: dokumen Jawa Pos

jpnn.com, JAKARTA - Kegiatan tambang bawah tanah yang dilakukan Freeport Indonesia diilai bisa dengan mudah menghasilkan banyak tembaga dengan logam emas dan perak.

Kenyataannya, menurut pakar tambang bawah tanah, kegiatan tambang dengan metode block caving tidak segampang yang dipikirkan karena penuh resiko dan membutuhkan investasi sangat besar.

“Secara umum, metode block caving seperti yang digunakan Freeport untuk kegiatan tambang bawah tanah membutuhkan biaya paling sedikit USD 10 miliar, dan kegiatan produksi penambangannya tidak boleh terhenti, karena bila terhenti maka akan terjadi peningkatan tegangan dan mengakibatkan runtuhnya terowongan,” kata guru besar Fakultas Teknik Pertambangan dan Perminyakan ITB, Prof. Ridho Kresna Wattimena di Jakarta.

Bila terjadi sesuatu yang mengakibatkan terhentinya kegiatan tambang di bawah tanah, lanjut Ridho, akan meyebabkan kerugian yang sangat besar terutama dari sisi cadangan akan hilang dan tidak akan kembali lagi seperti semula.

Risiko ini sudah pernah terjadi. Di mana PT reeport Indonesia kehilangan cadangan ketika pada 2011 lalu para pekerja di tambang bawah tanah melakukan mogok kerja selama berbulan-bulan.
Hasilnya, 20 persen cadangan di bawah, di Deep Ore Zone tak bisa diambil lagi karena sudah terkompakkan kembali.

“Saya berharap bila ada kebijakan dari pemerintah yang dianggap tidak sesuai oleh perusahaan tambang, maka sebaiknya dicarikan solusi terbaik, karena ini akan merugikan pemerintah sendiri dalam penerimaan pendapatan, juga merugikan perusahaan dalam berivestasi, ini tidak saling menguntungkan,” jelasnya.

Metode block caving yang dilakukan Freeport, menurut Ridho merupakan satu-satunya yang dilakukan di Indonesia, dan metode ini dinilai paling murah per ton produksi bijih karena memanfaatkan gravitasi serta tidak mengganggu lingkungan.

Selain itu, pengembangannya membutuhkan waktu 15 sampai 20 tahun, dan belanja modalnya cukup besar hingga 70 persen sebelum bisa memasuki tahapan produksi.

Kegiatan tambang bawah tanah yang dilakukan Freeport Indonesia diilai bisa dengan mudah menghasilkan banyak tembaga dengan logam emas dan perak.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

X Close