Siapa Membunuh Putri (9)
Si Sopir Presiden, Oleh: Hasan AspahaniSaat itu saya hanya berpikir, mungkin suatu saat data itu berguna juga buat saya. Di antara banyak cerita Pak Roni yang paling sering beliau ceritakan ulang adalah menjadi sopir presiden. Siapa saja presiden negeri ini kalau berkunjung ke pulau itu maka sopir mobilnya selalu beliau. ”Kenapa, ya, Pak?"
”Saya ndak tahu juga. Mula-mulanya kan mungkin karena saya polisi ya, waktu itu. Setelah saya tak jadi polisi, protokoler tetap meminta saya. Katanya presiden sendiri yang minta. Nyupir kan bukan sekadar nyupir ya, kadang-kadang beliau-beliau itu nanya macem-macem juga. Nah, itu saya lepas aja saya jawab apa adanya. Ganti presiden, cerita tentang saya mungkin nyambung, karena kan protokoler orangnya itu-itu juga orang yang sama,” kata Pak Roni.
Cerita-cerita dari pertemuan dengan Pak Roni itu berkilasan kembali ketika hari itu kami bertemu di peresmian pabrik perakitan elektronik raksasa Maestrochip Corps di Kawasan Industri Watukuning.
Ramai sekali. Ada tari persembahan yang megah dari kelompok seni dari Kota Tanjungpunai, kota seprovinsi di pulau seberang itu. Makanan berlimpah. “Bagus sekali batikmu, Dur,” katanya menggodaku. Itu bukan pujian, saya tahu. Pak Roni pasti tak pernah melihat saya pakai batik.
Kami berada jauh di deretan kursi belakang. Di barisan kursi VIP, saya lihat Pak IDR dan Bang Ameng berbincang akrab dan sesekali pecah tawa mereka. Di sana saya lihat juga ada pengacara Restu Suryono, dan Bang Eel. Bos-bos besar Maestrochip menyalami tamu-tamu terhormat, ada Menteri Perindustrian dan Investasi, gubernur, sampai wali kota.
"Kamu harusnya di kursi VIP itu, dong,” kata Pak Roni, terus bercanda. ”Wah, di sini aja, Pak. Nggak betah,” kata saya. ”Pak, sudah baca berita hari ini. Istri polisi yang hilang itu, Pak. Bapak kenal kan?” tanyaku.
Pak Roni mengelilingkan pandang. Seperti berhati-hati. ”Itu perwira masih terbilang baru. Dia di dirkrimsus kan? Yang kemarin nangani kasus korupsi Kabag Keuangan Pemkot itu kan? Dia agak lurus kelihatannya, tetapi pasti tak bersih juga saya kira. Saya tahu nama saja. Tapi saya kenal mertuanya. Pernah jadi kapolres di Palembang. Saya dengar-dengar dari teman-teman yang masih aktif, istrinya gayanya sosialita gitu, dominan, lebih berkuasalah. Kalah pamornya, karena karir si perwira itu bagus karena mertuanya. Katanya, begitu. Kenapa?"
”Kenapa dia baru lapor kehilangan istrinya setelah tiga hari, Pak?"