Close Banner Apps JPNN.com
JPNN.com App
Aplikasi Berita Terbaru dan Terpopuler
Dapatkan di Play Store atau Apps Store
Download Apps JPNN.com

Sidang DPR

Oleh Dahlan Iskan

Rabu, 27 Mei 2020 – 07:00 WIB
Sidang DPR - JPNN.COM
Dahlan Iskan di Xinjiang, Tiongkok. Foto: disway.id

Deng Xiaoping-lah yang membawa komunisme ke arah pragmatisme. Sejak tahun 1980-an itu praktis berakhirlah era komunisme lama.

Saya beruntung menyaksikan sendiri perubahan era itu di Tiongkok. Banyak kali saya ke sana di era 1980-an itu. Yakni ketika Tiongkok masih jauh lebih miskin dari Indonesia.

Di era Deng Xiaoping inilah unsur pengusaha diterima dalam sistem komunisme. Aneh bin ajaib. Komunisme didirikan untuk melawan pengusaha. Namun di Tiongkok pengusaha dimasukkan dalam soko guru komunisme.

Maka di zaman Jiang Zemin --pengganti Deng Xiaoping-- resmilah: komunisme dua kaki diubah. Menjadi komunisme tiga kaki. Dari hanya buruh dan tani menjadi: buruh, tani, dan pengusaha.

Sepuluh tahun kemudian, di era Hu Jintao --pengganti Jiang Zemin-- kaki tiga itu ditambah menjadi empat: buruh, tani, pengusaha, dan ilmuwan.

Para ilmuwan bidang ideologi dan politik mestinya bingung: bisakah komunisme berkaki empat seperti itu masih disebut komunis?

Ataukah sudah harus ditemukan kategori baru? Apapun namanya --asal bukan komunisme?

Memang masih ada beberapa patung Karl Marx saya temukan di sana. Misalnya di salah satu lobi hotel di kota Hangzhou. Namun ajarannya sudah disesatkan jauh sekali.

M. Nuh, kian sulit dicari. Kita seperti mendapat hadiah lebaran yang paling segar tahun ini: dagelan kuli bangunan itu. Baru kali ini Cak Lontong kalah lucu.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News