Simak nih, Duplik Lengkap Dahlan Iskan
Operasi pemotongan limpa ini sangat kritis. Dokter Singapura sebenarnya melarang pemotongan itu mengingat risikonya fatal. Dokter Singapura memilih membuang saja limpa saya.
Saya harus mondar-mandir RRT–Singapura untuk membuat keputusan apakah limpa saya dipotong atau dibuang. Akhirnya, saya memutuskan dipotong saja. Di sebuah rumah sakit tradisional di RRT.
Semua itu belum menyentuh inti persoalan, sebelum kanker hatinya dituntaskan. Limpa yang sudah dipotong pun membesar lagi. Kanker yang sudah dibakar hidup lagi. Akhirnya, saya jalani upaya sapu jagat: ganti hati.
Belum tentu berhasil, tapi tidak ada pilihan lain. Berhasil pun ada syaratnya: saya harus minum obat penurun imunitas setiap hari. Seumur hidup.
Risiko berikutnya adalah saya mudah terkena penyakit. Atau tertular penyakit. Atau terkena lupus seperti yang hampir terjadi beberapa minggu lalu itu.
Kini, setiap kali saya terkena sariawan yang bersamaan dengan munculnya bintik-bintik merah di wajah saya atau ada gumpalan ketombe di dalam rambut saya, saya harus ekstrawaspada.
Alhamdulillah Yang Mulia, di tengah tekanan bertubi-tubi ini, saya bisa melewati masa-masa kritikal itu. Seberat apa pun perjalanan ini tidak lagi saya rasakan berat karena saya sudah merasakan yang jauh lebih berat dari semua ini.
Lebih alhamdulillah lagi, dari persidangan ini terbukti tidak ada fakta yang mengatakan saya menikmati uang atau menerima aliran uang atau menerima sesuatu.