SIMAK! Testimoni 'Keajaiban' di Hari AIDS Sedunia
Pasutri ini lantas “ditahan” di Hodiahi selama seminggu. Pihak RS menginginkan mereka untuk dapat berobat rutin.
”Kami tinggal di rumah sakit tak berharap siapa pun, hanya berharap kepada Tuhan yang akan menyembuhkan penyakit ini,” ungkap Theluis.
Selama seminggu itu, tak ada anggota keluarga yang menjenguk mereka. Anita dan Theluis pun menyiapkan diri jika keduanya nanti ditolak keluarga mereka sendiri. Namun alangkah beruntungnya, baik keluarga Theluis maupun Anita sama-sama menerima kondisi mereka.
”Meski sebagian keluarga dari suami memandang dengan sebelah mata, tetapi kami menanggapi dengan sabar,” ujar Theluis lagi.
Orang tua dan kakak-kakak Theluis yang tinggal di Makassar sempat berpikir umur Theluis tak akan lama lagi. Kedua orang tuanya bahkan sempat menyatakan mungkin hanya akan melihat jenazah putri mereka begitu tiba di Malut.
”Waktu itu HB saya sempat tinggal 2. Saya mengalami kejang-kejang. Karena kondisi yang sudah parah, kakak-kakak meminta orang tua untuk segera ke Tobelo,” kisahnya.
Beruntung, setelah disuntik morfin dosis tinggi, Theluis langsung tertidur seperti orang pingsan. Hampir dua minggu lamanya ia tak bisa makan atau minum. Tiap kali ada sesuatu yang dimasukkan ke mulutnya, Theluis langsung muntah.
”Dokter minta pasang infuse, tapi tidak temukan urat saya. Sampai tiga dokter dan dua perawat yang mencari urat untuk dipasangi, tapi tak ditemukan. Saya sudah pucat, dan berada dalam kondisi antara sadar dan tidak sadar pada saat itu. Suami dan orang tua hanya menangis dan meminta kepada Tuhan agar dapat menolong saya,” tutur Theluis.