SIMAK! Testimoni 'Keajaiban' di Hari AIDS Sedunia
Ajaibnya, Theluis berhasil melewati masa kritisnya. Beberapa hari kemudian, infusnya terpasang, dan ia mulai makan dan minum obat.
”Saya percaya itu semua karena doa seorang ibu dan suami yang tulus mendoakan. Juga tidak lepas dari dukungan dokter dan tim paramedis yang terus memberikan obat hingga saya bisa hadir untuk berbagi kisah di sini,” paparnya.
Sekitar setahun menjalani perawatan di RS, Anita dan Theluis akhirnya memilih untuk keluar RS. Kondisi keduanya sudah amat stabil dan dirasa mampu beraktivitas layaknya orang sehat lainnya.
Pasutri ini memilih tinggal di dekat RS, agar tak kesulitan mengambil obat yang harus terus dikonsumsi.
“Sebelum keluar, kami sampaikan kepada dokter bahwa kami tidak akan menutupi penyakit ini. Saya siap untuk ikut dalam kegiatan penyuluhan jika diperlukan untuk memperlihatkan kepada masyarakat bahwa inilah ODHA. Selama ini mereka penasaran ingin melihat secara nyata bagaimana sebenarnya kondisi dari seorang ODHA,” kata Theluis bertekad.
Sebelum pindah ke desa yang mereka pilih, tim medis RS Hodiahi mengadakan penyuluhan tentang HIV/AIDS di desa tersebut. Theluis diundang untuk menjadi pembicara. ”Sekaligus saya sampaikan bahwa saya bersama suami akan tinggal di desa itu,” ucapnya.
Keduanya diterima tinggal di desa itu, meski sebagian warga masih memandang sebelah mata hingga mengucilkan mereka. Ketika pasutri ini berjualan sayur untuk menyambung hidup, sayur-mayur mereka tak laku. Begitu pula jualan kue yang dititipkan di sekolah.
”Warga tidak membeli kue yang dijual, karena warga merasa takut walaupun sebelumnya sudah dijelaskan tentang bagaimana penularan HIV dan AIDS,” tutur Theluis.
Butuh waktu yang lumayan lama sebelum akhirnya warga desa memperlakukan mereka layaknya orang-orang kebanyakan. Kini, tak ada lagi rasa takut terhadap Theluis dan Anita. Bahkan rumah mereka pun kerap disambangi warga, begitu pula sebaliknya.