Sinergi Dua Menteri Jokowi Memutus Ketergantungan Impor Pangan
Harga bawang putih yang selama ini lonjakan harganya begitu tajam, menjadi bukti bahwa ketiadan peran negara sangat merugikan bagi rakyat. Sebelum diintervensi oleh Enggar, harga bawang putih di pasar mencapai Rp 60 ribu. Itupun, 90 persen didatangkan dari Tiongkok. Artinya, rakyat disuruh mebayar keringat warga negara lain.
Karena itu, bersama Amran, Enggar memutuskan untuk melakukan intervensi. Menghadirkan peran negara dalam tata niaga yang selama ini sama sekali tidak diatur. Yang telah menelan korban berupa lonjakan harga tajam dan ketergantungan tinggi pada impor.
"Tepatnya hari ini, saya akan tandatangani tata niaga bawang putih yang selama ini tidak diatur. Dan akibat dari tiadanya aturan itu, terjadi lonjakan yang tajam harga bawang putih, dan biasanya jelang hari besar naik," kata Enggar.
Dalam aturan itu, impor tidak lagi seenaknya. Importir harus dapat rekomendasi dari Kementan, setelah itu baru izin dikeluarkan oleh Kemendag. Selain itu, Seluruh distributor, sub distributor, dan agen wajib daftar. Kemudian harus daftar gudang dan posisi stok.
Dengan begitu, pemerintah akan tahu, stok yang tersedia dan jalur distribusinya ke pasar. Hal ini akan memudahkan pemerintah untuk mengendalikan harga. Tak ada lagi yang bisa mempermainkan harga, karena semua stok dan mata rantai distribusinya termonitor dengan baik.
Selain itu, Enggar juga sudah membuat kesepakatan dengan importir dan pedagang, bahwa harga jual tertinggi di tingkat eceran dalam satu dua minggu ini adalah Rp 38 ribu. Saat melakukan pengecekan ke Pasar Induk Kramat Jati Jakarta, kemarin, Jumat (12/5), kesepakatan itu sudah berlaku efektif.
Target selanjutkan, kata Enggar, adalah stop impor dan swasembada. Untuk mencapai target itu, Enggar dan Mentan akan mewajibkan importir dan pedagang ikut investasi ke dalam budidaya bawang putih. Secara berangsur impor akan disetop.(jpnn)