Close Banner Apps JPNN.com
JPNN.com App
Aplikasi Berita Terbaru dan Terpopuler
Dapatkan di Play Store atau Apps Store
Download Apps JPNN.com

Sipon

Oleh: Dhimam Abror Djuraid

Jumat, 06 Januari 2023 – 17:07 WIB
Sipon - JPNN.COM
Kerabat melayat ke rumah istri aktivis HAM Widji Thukul, Dyah Sujirah alias Sipon, di Jagalan, Kecamatan Jebres, Surakarta, Jawa Tengah, Jumat (6/1/2023). (ANTARA/Aris Wasita)

Namun, pasca-Orde Baru sejumlah pegiatnya kemudian menjadi bagian penting dalam dinamika politik Indonesia.

Keberanian memang barang langka pada masa 1990-an.

Sejak kampus dibungkam oleh kebijakan normalisasi kehidupan kampus (NKK/BKK) pada 1978 dan Dewan Mahasiswa dibubarkan, mahasiswa Indonesia seperti ayam jago tanpa taji.

Keberhasilannya sebagai driving forces yang menjatuhkan Soekarno pada 1966, tinggal sebagai sebuah mitos atau nostalgia.

Bersamaan dengan kebijakan depolitisasi kampus, sebagai bagian rencana Orde Baru untuk menciptakan floating mass atau massa mengambang, mahasiswa pasca-1966 harus berjuang kembali mendapatkan otoritas politiknya sebagai juru bicara rakyat bagi Indonesia yang sedang berubah.

Sebuah negeri yang dulu termasuk new emerging forces yang anti-imperalisme dan kapitalisme, menjadi sebuah negeri yang siap membuka diri kepada pasar kapitalisme global.

Beberapa aktivis Aldera seperti Pius Lustrilanang dan Desmond J. Mahendra menjadi korban penculikan dan penyekapan.

Pius dan Desmond dilepaskan tetapi 13 orang korban penyekapan hilang tidak diketahui nasibnya. Di antara mereka termasuk Wiji Thukul.

Belakangan diketahui bahwa Wiji menjadi korban penculikan dan penyekapan yang dilakukan terhadap para aktivis gerakan mahasiswa yang menentang Orde Baru.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

X Close