Situs Wisata Uluru Terancam Sepi Pengunjung Pasca Penutupan Pendakian
Wilson - yang sebelumnya terkenal karena menyatakan Uluru bukan taman hiburan "seperti Disneyland" - mengatakan dia tidak keberatan orang-orang yang bergegas untuk memanjat sebelum larangan diberlakukan.
Namun, katanya, bahwa setelah itu, ia berharap orang-orang akan menghormati keinginan masyarakat Anangu setempat.
"Kami tidak bermaksud menjauhkan batu dari wisatawan yang datang berkunjung ke wilayah kami. Tapi hanya saja kami ingin masyarakat menghormati keputusan kami," katanya.
Hormati pemilik tradisional
Andrew Peters, dosen senior pariwisata Pribumi di Universitas Swinburne, mengatakan rencana baru itu memiliki potensi.
"Fokusnya harus dikurangi pada apa yang saya sebut pengalaman egois turis - berjalan di atas batu ini, untuk mengambil beberapa foto, membawa pulang suvenir, dan apa yang akan mereka dapatkan darinya - tapi selanjutnya adalah tentang apa manfaatnya bagi para wisatawan dan orang yang menjadi tuan rumah dari situs wisata Uluru,"katanya.
"Bagi saya, ini adalah tentang membuat pengunjung berperilaku dengan cara yang sesuai dengan harapan pemilik tradisional, bukan harapan dari pariwisata arus utama, yaitu tentang melayani kebutuhan pengunjung, bukan kebutuhan tuan rumah."
"Sebagai wisatawan, kita perlu lebih menyadari dampak dan jejak kita pada tempat-tempat yang kita kunjungi - bukan hanya fisik tetapi sosial dan budaya.