SMK Tetap Sekolah, Bukan Pabrik
Minggu, 12 Februari 2012 – 23:33 WIB
Konsentrasi anggaran Kemdikbud tahun ini lebih pada pendidikan dasar. Untuk SMK bagaimana?
Kalau kita hanya mengandalkan SMK dan selesai begitu saja, maka tidak akan berkembang. Kan kasihan, setelah lulus SMK lalu bingung mau kemana, apalagi yang tidak punya biaya melanjutkan ke universitas. Sehingga, pemerintah harus memperkuat jenjang di atasnya (SMK) ini namun tetap rohnya tetap vokasi.
Dari sisi siswa, di tahun 2009-2010 jumlah siswa SMK dan SMA itu sebanyak 46 persen dan 54 persen. Sedangkan tahun 2010-2011, perbandingan jumlah siswa SMK dan SMK sebesar 48 persen dan 52 persen. Artinya, perjalanan jumlah siswa SMK ini cukup naik drastis. Ini nanti mau kita buat SMK yang lebih banyak proporsinya, karena kita ingin mengisi skill worker itu tadi. Mau kita naikkan yang SMK ini. Kalau SMA itu kalau untuk kerja memang kurang tepat, karena sifatnya masih umum. Maka itu, kita mau genjot yang SMK ini. Oleh karena itu, jumlahnya kita perbanyak.
Cara menggenjotnya seperti apa?
Jadi, untuk menindaklanjuti tentang SMK ini, sudah ada roadmapnya. Sekarang yang kita lakukan dan belum selesai adalah audit SMK. Jadi kita ingin mngetahui bagaimana fakta di lapangannya mengenai sekolah SMK dan anak-anak SMK ini. Kita audit kompetensinya, fasilitasnya, organisasi manajemennya, produknya, riset dan inovasinya, dan mitra bisnisnya. Yang melakukan audit itu adalah Institut Teknologi Bandung (ITB), Universitas Gadjah Mada (UGM), dan Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS).