SMK Tetap Sekolah, Bukan Pabrik
Minggu, 12 Februari 2012 – 23:33 WIB
Bagaimana tanggapan Anda atas anggapan sejumlah politisi dan pejabat memanfaatkan mobil Esemka ini untuk pencitraan?
Jadi tak ada larangan politisasi karya anak SMK ini?
Ya, saya tahu itu. Silahkan saja, mau dimanfaatkan atau dipakai politik apa saja. Tapi saya tekankan, jangan ada yang sampai merusak roh sekolahnya. Sekolah tetap sekolah. Kami merasa bersyukur saja, kalau produk SMK ini bisa menjadi tunggangan yang lain. Tidak ada salahnya. Saya tidak akan melarang. Mobil ini mau dipakai untuk kampanye pemilihan Gubernur, Walikota, Bupati, monggo saja. Yang penting tidak mempengaruhi sekolahnya.
Yang mencanangkan Esemka sebagai mobnas kok justru selalu dari pihak luar dan Kemdikbud tidak bersuara mengenai hal ini. Kenapa?
Saya sengaja berdiam diri saja. Saya tidak mau ikut-ikut bersuara seperti yang lain, ramai-ramai masuk koran, muncul di televisi sampai berhari-hari. Saya sengaja menahan diri untuk tidak mengunjungi sekolah-sekolah SMK seperti beberapa orang lainnya itu. Biarkan saja mereka begitu. Saya berpikir, untuk apa saya seperti itu? Kan sudah jelas, SMK itu punya siapa? Punya Kemdikbud. Ngapain saya ikut-ikut latah seperti itu? Wong kita yang punya kok.
Maka dari itu, saya memutuskan tidak mau ikut-ikut meramaikan di arena itu. Tapi kalau yang lain mau seperti itu, monggo saja, silahkan. Masa kita yang punya harus ikut-ikut seperti itu? Ndak lucu dong. Saya kan juga bukan politisi dan tidak ada kepentingan politik.