Soal Sepele dengan Pertaruhan Jabatan
Pilih Merokok atau Tinggalkan JabatanSenin, 20 September 2010 – 01:10 WIB
***
Terima kasih pencerahannya. Mari kita sama-sama menyesuaikan diri dengan aturan yang ada, dengan niat ibadah. (Iskandar, divisi perbendaharaan).
***
Aku pernah ikut seminar di Gedung Serbaguna di Pusdiklat PLN di Ragunan, a few years ago. Tiba-tiba Pak Nur Pamudji (sekarang menjabat direktur energi primer PLN) dengan gagahnya mengambil mic dan berkata: "Karena ruangan seminar ini ber-AC, mohon peserta seminar yang merokok di ruangan ini diminta keluar oleh panitia" (demikian kira2 kalimat yg saya ingat). Bahkan, ada yg cerita ke saya bahwa beliau mencabut rokok dari mulut seseorang yg sedang merokok di dalam ruangan Jawa Bali Control Center di Gandul. (Helmi Najamuddin).
***
Pak Eddy (direktur SDM), setelah saya mengamati aspirasi karyawan yang beredar di e-mail mereka, saya ikut menanggapi: Lain kali ruang Kadiv jangan diberi pintu, agar mereka jangan menutup pintu dengan alasan untuk merokok! Dalam e-mail itu saya kemukakan bahwa siapa yang merokok di ruang kerja akan kita suruh memilih: merokok atau berhenti dari jabatan/status karyawan. Mohon disiapkan SK, dengan sanksi yang benar-benar kita tegakkan (saya sendiri bersedia jadi polisi). (Dahlan Iskan).