Soal Tembakau, Meskes Diminta Realistis
jpnn.com - JAKARTA- Ketua Asosiasi Petani Tembakau Nurtianto Wisnu menilai, boleh-boleh saja Menteri Kesehatan Nafsiah Mboi bermimpi mengalihkan produksi cengkeh dan tembakau ke produk turunan lain seperti parfum dan kosmetik. Keinginan Menkes ini sejalan dengan sikap ngotot untuk meratifikasi Frame Work Convention on Tobacco Control (FCTC).
Namun, optimisme dan mimpi itu hingga saat ini juga tidak pernah didukung dengan menyiapkan infrastruktur untuk mendukung industri oleh pemerintah.
"Menkes masih terlalu bermimpi, realitasnya sekarang ini 98 persen pasar cengkeh nasional memang untuk industri rokok. Adapun dua persen di luar rokok, termasuk parfum dan cengkeh," ujar Wisnu, dalam keterangan tertulisnya, Selasa (5/11).
Kata Wisnu, keinginan Menkes itu juga tidak melihat dampak buruk lain jika kebijakan mengubah pasar cengkeh dan tembakau dilakukan secara mendadak ketika FCTC diterapkan.
Pasalnya, ketika kebijakan itu diterapkan justru akan mengakibatkan pasokan berlebih. Ujungnya, harga cengkeh tembakau anjlok dan petani kembali dirugikan.
"Kalau Menkes mimpi boleh-boleh saja. Menkes ini kalau bisa bermain sulap saya kira bisa saja. Tetapi dari pasar dua persen di balik jadi 98 persen, tidak akan mungkin, karena begitu dipaksa beralih ini akan terjadi kelebihan pasokan, barang tidak akan terserap, petani rugi," tegasnya.
Menurut dia, akan lebih baik Menkes mendengarkan berbagai masukan dari Kementerian lain seperti Kementerian Perindustrian, Kementerian Perdagangan tentang dampak buruk jika FCTC diterapkan.
"Sikap lima kementerian yang menolak FCTC sudah tepat. Mereka berprinsip kebangsaan karena tidak serta merta mengikuti negara lain. Apalagi negara lain itu tidak punya petani cengkeh, tidak ada buruh, beda dengan Indonesia yang memiliki 20 juta petani cengkeh," bebernya.