Sociopreneur Indonesia Gelar Festival of Social Creativity 2019
jpnn.com, KARANGANYAR - Sociopreneur Indonesia (SociopreneurID) menyelenggarakan Festival of Social Creativity (FeSoVity) 2019 bertempat di SMP Muhammadiyah 3, Karangpandan, Jawa Tengah, pekan lalu.
Acara ini merupakan bagian dari rangkaian Empathy Project 2019 yang dirancang untuk mengundang partisipasi berbagai stakeholder untuk bersama-sama terlibat dalam pengembangan masyarakat melalui pendidikan entrepreneurship.
Empathy Project 2019 sendiri terdiri dari tiga program, yakni FeSoVity, Bootcamp for Young Technopreneur (BYTe) dan pendirian Micro Library.
Tahun ini, FeSoVity 2019 berkesempatan menjadi local partner pada perhelatan International Civil Society Week (ICSW) 2019 yang digagas oleh CIVICUS International.
ICSW diadakan untuk merangkul masyarakat, pemuka masyarakat, dan para aktivis dalam bidang, tema, daerah, dan latar belakang untuk bersama-sama memecahkan tantangan dunia. FeSoVity pun terpilih mewakili Indonesia sebagai salah satu perwakilan dari tujuh negara yang terpilih (Argentina, Indonesia, Lebanon, Meksiko, Ukraina, USA, dan Zimbabwe) dan sekaligus satu-satunya perwakilan dari Asia Pasifik.
FeSoVity 2019 dihadiri oleh 1.000 orang yang terdiri dari murid SD, SMP, orang tua, guru, relawan, komunitas, dan masyarakat umum. FeSoVity bertujuan untuk mengajak berbagai entitas untuk turut serta bermain, berkreasi dan menciptakan media edukasi. Selain menyelenggarakan FeSoVity, di hari yang sama telah diresmikan juga Micro Library yang didukung oleh PT. Elex Media Komputindo.
Peresmian Micro Library secara simbolis diserahkan pihak SociopreneurID, Dessy Aliandrina, kepada kepala sekolah SMP Muhammadiyah 3, Sutardi, A. Md. “Pendirian Micro Library bertujuan untuk menerapkan budaya membaca dan meningkatkan literasi masyarakat,” tutur Dessy saat menyampaikan kata sambutan.
Beberapa relawan yang mengikuti FeSoVity merasa senang mereka pernah menjadi bagian dari FeSoVity. Salah seorang relawan bernama Maskuk merasa bahwa acara FeSoVity memiliki tujuan sosial yang baik, yang mana penyampaiannya pun melalui media yang sederhana.
Sederhana, karena disampaikan melalui media permainan, tetapi tidak menghilangkan pembelajaran dari aktivitas-aktivitas permainan tersebut. Hal serupa juga dikatakan oleh Laviola Angeline, relawan lainnya yang berasal dari Jogja, yang juga merasa bahwa melalui media permainan, banyak hal yang dapat diajarkan.