Soekarno-Hatta Mengajarkan Anak Muda Indonesia Tak Minder dalam Pergaulan Internasional
jpnn.com, JAKARTA - Anak muda tak perlu minder dari pergaulan internasional seperti yang pernah dilakukan Soekarno dan Mohammad Hatta. Anak muda juga harus belajar dari kedua tokoh itu bagaimana Indonesia bisa setara di hadapan bangsa asing.
“Kita bisa memahami Bung Karno dan Bung Hatta adalah tokoh yang otentik dan orisinil dan gagasannya untuk Indonesia,” kata Sejarawan Bonnie Triyana dalam acara bedah buku “Membumikan Ide dan Gagasan Soekarno-Hatta” di Universitas Terbuka Convention Center, Pamulang, Tangerang Selatan, Rabu (21/12).
Bonnie bercerita ada beberapa mentalitas dan kritik kebudayaan Bung Karno terhadap bangsa Indonesia ketika itu. Namun, sebenarnya kritik itu masih relevan hingga saat ini.
Pertama mentalitas bangsa. Kedua adalah kebudayaan kolot lalu antikerakyatan, budaya rendah diri, dan bodoh.
“Kita bisa cek hasil tulisan Bung Karno. Mentalitas kolonial yang dikritik Bung Karno itu apa? Melihat penguasa asing kulit putih Belanda sebagai kumpulan orang yang superior, sementara kita inferior,” kata Bonnie.
Menurut Bonnie, Bung Karno sebagai seorang Islam pembaharu.
"Kita bisa lihat sebagai pemikir keislaman Bung Karno ingin melihatkan Islam sebagai generator. Ini kritik Bung Karno yang harus mengubah mindset orang Indonesia bahwa kita berdiri sejajar dengan bangsa lain,” urai Bonnie.
Menurut Bonnie, pada 1945 saat Indonesia merdeka, jumlah penduduk Indonesia sekitar 61 juta dan 75 persen lebih buta huruf. Sstrategi Bung Karno bagaimana mengubah bangsa Indonesia yang sepenuhnya merdeka adalah pertama-tama drngan menegakkan supremasi ilmu pengetahuan.