Solar Mahal, PLN Mestinya Beralih ke Gas dan Panas Bumi
jpnn.com - jpnn.com - Pengamat ekonomi energi dari Asosiasi Ekonomi Politik Indonesia (AEPI) Salamuddin Daeng menyarankan PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) segera mengonversi solar ke bahan bakar lainnya untuk menggerakkan pembangkit-pembangkit listriknya. Pertimbangannya bukan semata-mata demi biaya yang lebih murah, tetapi juga agar ramah lingkungan.
’’Solar lebih mahal dari gas dan batu bara. Tapi, batu bara bukan solusi karena tidak ramah lingkungan,’’ ujarnya, Jumat (20/1).
Lebih lanjut dia menjelaskan, penggunaan energi pengganti solar seperti gas harus menjadi fokus banyak pihak. Harga gas yang saat ini sudah mencapai USD 3-4 per mmbtu bisa sangat menguntungkan PLN. Selain gas, opsi lain energi murah dan ramah lingkungan adalah panas bumi.
Masih digunakannya bahan bakar solar oleh PLN memang menjadi kartu mati dalam efisiensi. Harga solar yang mahal mustahil membuat BUMN listrik itu lebih efisien dalam ongkos operasi sehari-hari.
Meski demikian Salamuddin mengakui, menghentikan penggunaan solar bukan perkara mudah. Sebab, dari internal PLN sendiri masih ada oknum yang mengambil keuntungan dari digunakannya solar.
’’Permainan-permainan yang masih mempertahankan solar harus diakhiri. Sulit karena melibatkan kontrak- kontrak pembelian bahan bakar,’’ terangnya.
Gara-gara itu, PLN tidak memiliki rencana yang begitu baik untuk mengubah pemakaian solar ke bahan bakar lain yang lebih murah dan ramah lingkungan. Namun, hal itu bisa diatasi kalau direksi PLN, Kementerian? ESDM dan SKK Migas mau mengubah paradigma.
Selain itu, pemerintah juga perlu mulai memprioritaskan pasokan gas kepada PLN. Sebab, ada hitung-hitungan kalau PLN bisa menggunakan gas bisa mengemat sampai Rp 100 triliun. Hitungan kasar itu bisa menjadi pintu masuk untuk merealisasi peralihan solar ke energi yang lebih murah.