Songket Minang Ingin Saingi Batik
Kamis, 08 September 2011 – 09:27 WIB
Di samping itu, ujar Rinaldi, dengan pengembangan songket menjadi pakaian kerja harian ini, juga akan menggerakkan usaha pengrajin-pengrajin lokal dalam memproduksi kain tenun tersebut. Bila selama ini, mereka memproduksi kain balapak tergantung order dari pedagang dan butuh waktu yang lama atau perputarannya lambat. Sekarang, mereka bisa langsung menawarkan hasil produksinya berupa kain songket untuk baju koko atau baju kurung itu langsung ke SKPD-SKPD di lingkungan pemerintahan. Selain itu mereka juga bisa menjadi pedagang langsung.
"Dengan modifikasi ke bentuk busana kerja ini, pengerjaan songket bisa menjadi lebih cepat. Minimal satu baju koko atau baju kurung bisa dikerjakan selama dua hari. Ini lebih cepat dari mengerjakan kain balapak yang butuh waktu bulanan," tuturnya.
Ditambahkan Mukhlinda, untuk menggiatkan pengrajin berinovasi dalam pengembangan kain songket ini telah dilakukan pelatihan terhadap beberapa pengrajin di tiga kabupaten dan kota beberapa bulan lalu. Kegiatan tersebut dilakukan di Lunto kota Sawahlunto, Halaban kabupaten Limapuluh Kota, dan Pandai Sikek kabupaten Tanahdatar. Sebanyak 36 pengrajin telah mengikuti pelatihan bersama konsultan desain yang ditunjuk Diskoperindag Sumbar. Duapuluh pengrajin diantaranya akan mengikuti lomba desain kain songket tingkat Sumbar pada 29 September mendatang.