Sosok Almarhum Parlin Siagian di Mata Legenda PSMS Tumsila
jpnn.com, MEDAN - Kepergian legenda PSMS Medan Parlin Siagian pada , Senin (16/11/2020) siang, meninggalkan duka mendalam bagi keluarga, kerabat dan sahabatnya.
Parlin merupakan satu dari tiga legenda PSMS pada era emas perserikatan yang selama ini aktif di PSMS. Dua lainnya yang masih tersisa adalah Nobon Kayamuddin dan Tumsila. Selama ini, ketiganya diplot sebagai penasehat teknik klub.
Kehilangan Parlin membawa duka tersendiri bagi Tumsila. Ya, striker dengan julukan Si Kepala Emas itu kerap bersama-sama dengan Parlin sejak awal merintis sepak bola.
Sebelum ke PSMS, mereka mengawali karir di klub Medan Putra lalu Perisai dan ketemu lagi di PSMS. Bahkan, mereka bekerja di kantor yang sama di Dinas Perpajakan.
“Dia sama saya beda beberapa tahun. Dia (Parlin) main di PSMS tahun 1972, saya tahun 1967. Kami sering bersama dari awal, satu klub di Medan Putra, satu klub di Perisai, satu kantor juga, dan satu tim di PSMS. Makanya walau sudah enggak jadi pemain, kami sering ketemu,” ujarnya kepada pojoksatu.id saat dihubungi, Senin (16/11/2020).
Bagi Tumsila, Parlin adalah pemain yang selalu 100 persen untuk PSMS. “Kalau membela PSMS dia itu mati-matian, serius di lapangan dia,” sebutnya.
Saking sering bersama, Tumsila mengaku sangat klop dengan Parlin. Di lapangan, keduanya sudah tahu apa yang dibutuhkan satu sama lain. Bahkan, Tumsila mengakui sebagian besar gol yang dicetaknya dari umpan Parlin.
“Saya bikin gol dari umpan-umpan dia. Hampir semua gol saya dari dia. Saya tahu maunya dia, dia tahu maunya saya, kami sudah klop,” jelasnya.