Close Banner Apps JPNN.com
JPNN.com App
Aplikasi Berita Terbaru dan Terpopuler
Dapatkan di Play Store atau Apps Store
Download Apps JPNN.com

Spirit Farroupilha Tak Pernah Padam

Laporan TATANG MAHARDIKA dari Porto Alegre

Rabu, 26 Maret 2014 – 03:49 WIB
Spirit Farroupilha Tak Pernah Padam - JPNN.COM

jpnn.com - CORETAN di tembok Stasiun Mercado, Porto Alegre, itu cukup mencolok. Ditulis dengan piloks merah marun, bunyinya menohok: policia fascista! Polisi fasis. Terdapat pula 26 cap lima jari berwarna biru. Itu mungkin dimaksudkan sebagai dukungan terhadap manifesto singkat di dinding kusam bangunan yang berdiri sejak 1869 tersebut

Kalau tulisan tersebut ditemukan di Sao Paulo, itu mungkin hanya luapan kekecewaan anak-anak muda setempat karena dihalau saat main skateboard. Seandainya ada pula coretan serupa di Rio de Janeiro, barangkali saja itu dilakukan sekumpulan mahasiswa yang marah karena ditangkap saat tengah mabuk.

Tapi, itu terjadi di Porto Alegre, ibu kota Grande do Sul, negara bagian paling “kiri” di Brasil yang tak pernah lelah melahirkan perlawanan terhadap establishment. Mulai pemberontakan, pemogokan, hingga pengakuan terhadap kaum yang termarginalkan secara sosial.

Karena itu, mau tak mau coretan tersebut bermakna amat politis. Apalagi ditorehkan di kawasan centro historico, persis di seberang Praca Montevideo tempat para aktivis sosial dan politik biasa berkumpul, dan sekitar satu blok dari Museo do Trabalho (Museum Buruh), penanda patriotisme kaum pekerja.

“Kami memang biasa berkumpul di sini, mengorganisasikan demonstrasi atau sekadar berdiskusi,” kata Jenina dos Santos Pinto, aktivis perempuan yang menggelar diskusi di Praca Montevideo.

Kolega Jenina, Antonio Soares, seorang aktivis gay-lesbian, mengatakan, banyak aktivitas yang lantas bermuara pada perubahan lanskap politik dan sosial Brasil lahir dari Praca Montevideo dan kawasan centro historico. “Termasuk dari diskusi-diskusi kecil seperti ini,” katanya.

Dari rahim Porto lahir tak hanya sederet pesepak bola hebat lewat dua klub kebanggaan mereka, Gremio dan Internacional. Tapi, juga gebrakan politik dan sosial mengejutkan yang lantas ditiru di mana-mana.

Pada Maret 2004, misalnya, Rio Grande do Sul resmi menjadi negara bagian pertama di negeri dengan 98 persen penduduknya pemeluk Katolik itu yang mengakui persamaan hak sipil kaum gay dan lesbian. Jadi, pasangan homoseksual berhak melangsungkan pernikahan secara sah di mata hukum.

CORETAN di tembok Stasiun Mercado, Porto Alegre, itu cukup mencolok. Ditulis dengan piloks merah marun, bunyinya menohok: policia fascista! Polisi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

X Close