Sri Mulyani Optimistis Penyerapan Anggaran Bakal Meningkat
Mantan petinggi Bank Dunia itu menambahkan pada kuartal kedua 2020, Badan Pusat Statistik (BPS) merekam pertumbuhan belanja pemerintah mengalami kontraksi yakni -6,9 persen. Sementara, pada kuartal I belanja pemerintah tumbuh 3,3 persen.
Oleh karena itu, ujar Sri, pemerintah akan melakukan berbagai langkah untuk percepatan belanja seperti penambahan bantuan sosial (bansos) produktif hingga mendekati Rp 30 triliun untuk 12 juta pelaku usaha ultramikro dan mikro. Selain itu, kata dia, pemerintah akan memberikan tambahan bansos untuk penerima PKH 10 juta orang dengan anggaran Rp 4,6 triliun.
Pemerintah, kata Sri, juga akan menambahkan bansos tunai Rp 500 ribu per penerima Kartu Sembako dengan total anggaran yang disiapkan Rp 5 triliun. Pemerintah juga memberikan bansos gaji bagi 13 juta pekerja yang memiliki pendapatan di bawah Rp 5 juta, dengan total anggaran yang disiapkan Rp 31,2 triliun.
“Ini langkah yang dilakukan pemerintah untuk terus membantu memulihkan daya beli masyarakat dalam bentuk berbagai bansos yang total angarannya adalah Rp 203 triliun untuk tahun 2020. Ini juga dalam rangka menghadapi Covid-19,” kata Sri.
Dia menyatakan, pada kuartal II banyak belanja K/L tidak tereralisasi karena adanya kebijakan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) dan work from home (WFH). “Sehingga belanja di bidang barang, biasanya untuk perjalanan dinas dan lain-lain menurun 17 persen,” ungkap dia.
Menurutnya, hal inilah yang akan di-recovery pada Semester II 2020 sehingga pada akhir tahun, momentum pemulihan ekonomi bisa ditingkatkan. Sebab, beberapa indikator yang dapat dilihat dari Juni 2020, seperti penerimaan pajak, impor bahan baku dan barang modal, dan purchasing managers indexs (PMI) sudah meningkat 46,9 persen akan bisa terus ditingkatkan.
Sri menjelaskan sampai akhir tahun APBN diperkirakan mengalami defisit 3,4 persen dari product domestic bruto (PDB). Menurutnya, kenaikan defisit sesuai Perpres 72 Tahun 2020, ini memang ditujukan untuk melakukan counter critical terhadap tekanan ekonomi yang terjadi akibat pandemi Covid-19.(boy/jpnn)